"Letak titik sampling berada di muara sungai dekat mangrove. Kondisinya payau karena merupakan percampuran antara air laut dan tawar," terang Sdr. Ababil (MENWEBNET), selaku tim survei. "Proyek pemantauan mangrove ini juga melibatkan ahli burung, amfibi, larva ikan dan mangrove tentunya," lanjutnya.
Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa kondisi mangrove di SMMA didominasi oleh Nypa fruticans. Jenis mangrove ini berhabitat di dekat muara sungai. Selain itu, juga ditemukan Sonerratia caseolaris dengan jumlah sedikit.
Sdr. Ababil menjelaskan bahwa mangrove Muara Angke merupakan sumber oksigen di ibu kota. Substrat di lokasi penelitian ditemukan berlumpur dan kondisi perairan yang berwarna hitam merupakan indikasi pencemaran sehingga diduga kualitas airnya rendah.
Berdasarkan data sampah plastik yang dikumpulkan, maka tingkat pencemarannya termasuk dalam kategori sedang dan tinggi yang ditemukan paling banyak berada di daerah tepi sungai. Selama pengambilan data mangrove, tim juga menemukan biawak dan ular namun tidak ditemukan larva ikan.
"Hasil pengamatan di lapangan mengindikasikan bahwa organisme yang mampu hidup dalam kondisi yang ekstrim adalah dari golongan reptil," jelas MENWEBNET. "Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlu tidaknya dilakukan program perencanaan pemulihan ekosistem mangrove di SMMA," pungkasnya. (ADM/MZAAH/AP/ABL).
No comments:
Post a Comment