16.9.18

Lebih Dekat dengan Konsep Literasi Mangrove dan Media Sosial KeSEMaT

Semarang - KeSEMaTBLOG. Pada tanggal 6 September 2018, mulai pukul 18.00 s.d 20.00 WIB, bertempat di Kantor KeSEMaT, Semarang, DEPDIKTAN sukses menggelar program Mingguan-nya, yaitu KeSEMaTHURSDAY (KTD) berupa Kelas Mangrove Sore yang kali ini menghadirkan Bpk. Aris Priyono (DK) dengan bahasan mengenai ”Pengenalan Website Baru KeSEMaT dan Literasi Mangrove di Media Sosial.”

Materi dibuka dengan mengenalkan kembali literasi Logo KeSEMaT dan afiliasinya, yang meliputi IKAMaT, KeMANGI, KeAMAT dan KeMANGTEER. Peserta KTD diminta untuk menggambarkan sketsa logo-logo tersebut.

"Apabila disatukan, Logo KeSEMaT dan afiliasinya akan membentuk satu kesatuan pohon mangrove yang utuh dan lengkap," kata DK. "Mulai dari akar, batang, bunga, buah dan bagian mangrove lainnya, semuanya ada. Kita mendirikannya satu persatu secara kontinyu dan terukur. Selain itu, pemilihan logo dikonsep dengan literasi mangrove yang baik dan pemikiran visioner sejak tahun 2001," tuturnya.

DK menambahkan bahwa Website KeSEMaT telah mengalami perubahan sebanyak lebih dari enam kali hingga tercipta website baru yang ideal, seperti sekarang ini. Awal mulanya KeSEMaT menggunakan platform Tripod, Blogger, Joomla dan terakhir Wordpress.

Website KeSEMaT mulai dibangun sejak tahun 2001. Hingga saat ini, semua website dalam jaringan KeSEMaT tetap dapat diakses yang dihubungkan dengan website terbaru KeSEMaT.

"KeSEMaT juga berhasil menulis ribuan artikel dan reportase sejak website pertama diluncurkan. Hal ini karena setiap mangroving ke lapangan, setiap KeSEMaTER dibebankan tanggung jawab untuk menulis liputannya secara lengkap dengan kaidah literasi yang baik dan benar," jelas Sdri. Iis Meinarwati (staf MENDIKTN), selaku Moderator KTD.

Media Sosial KeSEMaT
Penampilan website dan media sosial KeSEMaT memiliki feed yang sama. Khusus untuk Instagram, KeSEMaT mengembangkan color palette yang sama dengan websitenya.

"Instagram KeSEMaT berwarna hitam, coklat dan putih, sesuai dengan warna websitenya yang diambil dari warna dasar Logo KeSEMaT," terang Moderator. "Sementara itu, untuk Facebook, Twitter, YouTube dan media sosial KeSEMaT lainnya juga sudah di-upgrade menjadi akun official korporasi dan bukan pribadi. Untuk itulah, apabila kita lihat, semua materi yang disebar di media sosial KeSEMaT adalah hasil dari tulisan tim dan bukan pendapat individu," tambahnya.

DK menambahkan bahwa KeSEMaT mengembangkan konsep public dan private untuk setiap konten kampanye mangrovenya. Terdapat hal-hal yang tidak boleh dibagikan untuk umum, namun hanya dapat diakses di wilayah private di jaringan grup WhatsApp, masing-masing afiliasi.

"DK menjelaskan bahwa KeSEMaT bertindak sebagai agen influencer dan bukan follower. Konsep public dan private ini juga bertujuan agar kita hanya membagikan hal-hal yang dapat menimbulkan inspirasi dan bukan terkesan pamer apalagi pendapat pribadi," jelas Sdri. Iis.

Dengan konsep literasi mangrove yang baik dan usaha branding website di jaringan online KeSEMaT ini, maka KeSEMaT berhasil menyabet banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri.

"Dengan literasi yang baik, pada dasarnya kita ingin mendidik masyarakat di Indonesia agar melek mangrove dengan cara yang beradab dan berbudaya," kata DK. "Banyak hoax yang beredar di media sosial karena konten yang dibagikan berasal dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Dengan konsep literasi mangrove di media sosial KeSEMaT yang baik seperti ini, KeSEMaT terbukti mendapatkan banyak apresiasi hingga menyabet penghargaan dari dalam dan luar negeri," pungkasnya. (IM/SW/ADM).

No comments:

Post a Comment