21.5.25

Ekowisata Mangrove MECoK Ecopark - Taman Mini SDGs Universitas Diponegoro di Teluk Awur, Jepara: Sinergi KeSEMaT Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove

Jepara - KeSEMaTBLOG. Keprihatinan mendalam atas kondisi ekosistem mangrove di Jepara yang mengalami kerusakan hingga 90% pada tahun 2001 mendorong lahirnya inisiatif KeSEMaT (Kelompok Studi Ekosistem Mangrove Teluk Awur). Dengan dukungan penuh dari UNDIP (Universitas Diponegoro), KeSEMaT mendirikan MECoK Ecopark (Mangrove Education Center of KeSEMaT), yang tidak hanya bertujuan untuk merehabilitasi lingkungan, tetapi juga bertransformasi menjadi pusat edukasi mangrove yang diakui secara nasional.

Dedikasi dan kerja keras KeSEMaT dalam menyelamatkan pesisir dan melestarikan mangrove di MECoK Ecopark mendapatkan apresiasi pemerintah Indonesia melalui nominasi Penghargaan KALPATARU pada tahun 2019.

Melalui pendekatan edukatif yang inklusif, KeSEMaT berhasil merangkul partisipasi aktif masyarakat dan membangun kemitraan yang kuat dengan berbagai pihak. Upaya nyata ini membuahkan hasil yang signifikan dengan berhasil merehabilitasi lebih dari 3 hektare lahan kritis melalui penanaman 1.200.000 bibit dari 34 spesies mangrove yang beragam hingga tahun 2025. Sebagai inovasi dalam pengembangan kawasan, pada tahun 2022, UNDIP dan IKAMaT (Inspirasi Keluarga KeSEMaT), sebuah yayasan mangrove yang didirikan oleh KeSEMaT, merancang jalur trekking mangrove sepanjang 300 meter yang secara cerdas diintegrasikan dengan konsep Taman Mini SDGs, menciptakan sarana edukasi yang menarik dan interaktif bagi pengunjung.

Meskipun perjalanan konservasi ini dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk isu alih fungsi lahan dan pencemaran kawasan pesisir dan laut, KeSEMaT terus menunjukkan komitmen yang kuat melalui implementasi program kampanye yang efektif, pelatihan yang komprehensif, dan advokasi kebijakan yang konstruktif. Hasilnya sangat menggembirakan, MECoK Ecopark kini memiliki kemampuan untuk menyerap hingga 2.500 MgC per 5 hektare, terjadi peningkatan signifikan dalam tutupan vegetasi mangrove sebesar 90%, serta mengalami lonjakan kunjungan wisata hingga 70%.

Dampak positif dari pengelolaan MECoK Ecopark ini secara langsung dirasakan oleh masyarakat lokal melalui peningkatan pendapatan ekonomi, terciptanya ketahanan pesisir yang lebih baik dalam menghadapi ancaman abrasi, serta meningkatnya kesadaran kolektif akan pentingnya pelestarian hutan mangrove. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pendekatan kolaboratif KeSEMaT bersama lebih dari 300 mitra kerja dan 1.000 relawannya merupakan praktik baik yang efektif dan berkelanjutan.

Model pengelolaan ekosistem mangrove yang inovatif dan partisipatif ini memiliki potensi besar untuk direplikasi di berbagai wilayah pesisir lainnya yang memiliki tantangan dan karakteristik ekosistem mangrove serupa. Keberhasilan KeSEMaT dalam mengembangkan MECoK Ecopark menjadi inspirasi dan contoh praktik baik dalam upaya pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat pesisir. (ADM).

No comments:

Post a Comment