3.8.08

Dorong Songkro, Demi Mangrove

Semarang - KeSEMaTBLOG. Siang itu sangat terik. Tanggal 29 Juli 2008, tepat pukul 12.00 WIB. Di saat matahari sedang ganas-ganasnya membakar bumi, kami para KeSEMaTERS dan rekan-rekan kami dari KeSEMaT’s Mangrove Volunteer (KeMANGTEER), sibuk berjuang menyelamatkan mangrove kami, di pesisir pantai Trimulyo Semarang yang 90% pantainya telah mengalami abrasi yang teramat parah. Lihatlah foto di samping ini, inilah kami yang bekerja keras mendorong ratusan bibit-bibit mangrove Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata ke tempat penanaman.

Sebelumnya, bibit-bibit mangrove telah kami beli dengan cara menyisihkan uang saku kami yang kemudian kami kumpulkan. Bibit telah diangkut oleh sebuah pick up ke satu titik penurunan bibit di pantai. Sayangnya, titik penurunan bibit ini, ternyata berjarak lebih dari 1 kilometer dari lokasi penanaman. Bukannya kami tidak cermat dalam menentukan lokasi penurunan bibit, tetapi pick up pengangkut bibit, tidak bisa masuk ke lokasi penanaman. Apa sebab? Karena akses jalan ke lokasi penanaman tak bisa dilalui oleh mobil! Sebuah jalan pematang sempit tak lebih dari 5 meter yang sudah mulai terkikis oleh abrasi, sangat tidak memungkinkan untuk dilalui oleh sebuah pick up bermuatan lebih dari 1000 bibit mangrove.

Awalnya, setelah bibit mangrove diturunkan ke lokasi penurunan bibit, kami menerapkan konsep satu bawa sepuluh. Artinya, satu orang KeSEMaTERS dan KeSEMaNGTEER, diwajibkan membawa sepuluh bibit mangrove. Lima bibit di tangan kanan dan lima bibit di tangan kirinya. Namun, dengan teknik ini, ternyata selain menguras banyak tenaga, juga membuat kami yang hanya bersepuluh ini, harus bekerja ekstra keras. Seribu bibit terlalu banyak, apabila dibandingkan dengan jumlah kami yang sedikit, ini.

Akhirnya, setelah sepuluh kali berjalan bolak-balik berjarak 1 kilometer, membawa lima bibit mangrove di tangan kanan dan lima bibit mangrove di tangan kiri dari lokasi penurunan bibit ke lokasi penanaman, kami memutuskan untuk mencari dan menyewa sebuah alat angkut barang (kami menyebutnya dengan SONGKRO) untuk mempermudah kinerja kami. Singkat cerita, Songkro kami dapatkan dan bibit-bibit mangrove kami atur sedemikian rupa sehingga tak sampai saling menindih sehingga merusak bagian-bagiannya. Lihatlah foto di atas, nampak kami sedang mendorong Songkro demi mangrove, di pematang pantai Trimulyo yang telah terabrasi.

Tak mudah, itulah yang kami rasakan setelah Songkro kami dapatkan. Walaupun kini bibit-bibit mangrove bisa lebih banyak kami angkut dan kami bisa lebih cepat sampai ke lokasi penanaman, namun proses mendorong Songkro, ternyata membutuhkan tenaga yang cukup besar. Tak hanya cukup satu orang saja, empat orang KeSEMaTERS dan KeMANGTEER terpaksa harus diterjunkan untuk bisa mendorongnya ke depan. Kiranya, tanah pematang yang berumput disertai kerikil tajam ditambah sempitnya pematang, membuat kami harus ekstra hati-hati dalam mendorong Songkro. Kalau tidak, jurang-jurang terjal nan menganga, telah siap menampung tubuh-tubuh kami yang bercucuran keringat dan penuh peluh.

Kami mendorong Songkro bolak-balik sekitar puluhan kali. Dan, di pukul 17.00 WIB, akhirnya semua pekerjaan kami selesai. Perlu diketahui, bahwa kami memulai pekerjaan mangrove kami pada pukul 06.00 WIB dari Kantor KeSEMaT. Selanjutnya kami meluncur ke kebun bibit di Surodadi Demak dan mulai mendistribusikan bibit-bibit mangrove ke Trimulyo Genuk Semarang pada pukul 12.00 WIB - 17.00 WIB. Di hari itu, walaupun kami harus meluncur ke tiga lokasi yang berbeda yang jaraknya tak bisa dikatakan dekat, semuanya kami lakukan dengan penuh kesadaran dengan pola pendekatan gerakan moral. Kami merasa sangat berhutang budi kepada mangrove, namun mohon maaf. Hanya aktivitas kecil seperti ini saja, yang baru bisa kami lakukan. Maafkan kami, mangrove.

No comments:

Post a Comment