6.4.07

Buku Mangrove, Langka!

Semarang - KeSEMaTBLOG. Usaha publikasi untuk mempopulerkan mangrove kepada masyarakat sudah banyak dilakukan oleh rekan-rekan dari organisasi-organisasi lingkungan seperti Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Departemen Kehutanan (DEPHUT), Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI), World Wildlife Fund (WWF) - Indonesia, Conservation International (CI) - Indonesia, The Nature Conservancy (TNC) - Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Wetlands International Indonesia Program (WI-IP), KeSEMaT dan seterusnya. Namun sampai dengan detik ini, sepertinya gaungnya mem-blunder, hanya menggema di sekitar organisasi-organisasi lingkungan tersebut saja. Seolah-olah, publikasi itu tak mau/bisa keluar meluas ke masyarakat umum. Ada apa gerangan?

Buku mangrove, langka!
Sebuah ilustrasi. Saya pernah masuk ke sebuah toko buku di Semarang. Ternyata, buku-buku yang membahas mengenai mangrove sangatlah langka. Kalaupun ada, mangrove hanya menjadi sub tema dalam isi buku, yang rata-rata berjudul tentang pesisir dan lautan, dan tak spesifik membahas mangrove.

Apalagi buku-buku tentang resep berbahan baku mangrove. Tak pernah saya temukan di toko buku se-Semarang (bahkan mungkin di toko-toko buku seluruh Indonesia). Yang ada hanyalah resep makanan konvensional dari “tanaman-tanaman darat”, saja.

Saya sempat bertanya kepada seorang Mbak Pramuniaga tentang buku-buku mangrove. Eee, Mbak-nya malah bilang, “Mangrove itu apa tho, Mas?” Gubrak!

Saya sedih, ternyata sampai detik ini, mangrove belum juga popular. Apalagi jika dibandingkan dengan saudara kembarnya, rumput laut dan karang.

Superman dan Mangroveman
Sepertinya, diperlukan strategi lebih jitu untuk “menjual” mangrove kepada masyarakat luas. Pengemasan berbagai produk-publikasi-mangrove, harus terus ditingkatkan dalam arti dibuat se-ringan dan se-funky mungkin, mengikuti perkembangan jaman dan budaya anak muda terkini. Selain itu, muatan dan kemasannya harus dibuat tak terlalu berat, supaya lebih mengena dan bisa diterima oleh masyarakat luas.

Khusus untuk buku-buku (misalkan komik), harus mulai diciptakan tokoh-tokoh berlatar belakang mangrove. Penciptaan superhero seperti Superman, Batman, Wonder Woman, X-Men atau Catwoman, rasanya sah-sah saja.

Saya berandai-andai, mungkinkah bisa muncul komik tentang tokoh superhero bernama Mangroveman?

Sebenarnya, tokoh-tokoh superhero lingkungan sudah mulai dimunculkan oleh beberapa organisasi lingkungan. WI-IP memiliki komik CAKRA yang bercerita tentang seorang tokoh superhero remaja yang suka berpetualang di ekosistem pesisir. Lalu ada juga cerita-tentang nelayan bijak yang diterbitkan oleh KEHATI. KeSEMaT sendiri memiliki Mat Kesem, seorang detektif mangrove remaja. Selain ketiga organisasi di atas, saya yakin masing-masing organisasi memiliki tokoh lingkungannya sendiri.

Distribusi yang mem-blunder
Namun sayang sekali, komik-komik itu beredarnya tak sampai menjangkau toko-toko buku umum. Hanya mem-blunder di organisasi-organisasi lingkungan, saja. Bukan hanya komik. Buku-buku bertema lingkungan atau mangrove sekalipun, juga mengalami nasib yang sama. Sayang sekali.

KeSEMaT banyak mendapatkan buku-buku dari para mitra lingkungannya, yang menurut saya sangat bagus dan sama kualitasnya dengan buku-buku umum yang banyak dijual di toko buku. Buku-buku tersebut tersimpan rapi di Perpustakaan KeSEMaT Semarang yang banyak dimanfaatkan oleh mahasiswa dan masyarakat umum di dalam maupun luar Semarang untuk mengenal mangrove.

Saya sering studi banding dengan mengunjungi beberapa toko buku di Semarang untuk mengecek keberadaan buku-buku tersebut. Tapi, kenapa buku-buku tersebut tak pernah saya temukan?

Diperlukan kerja keras dari semua stake holder mangrove untuk lebih bisa mendistribusikan buku-buku mangrove mereka ke toko-toko buku di seluruh Indonesia.

Semoga saja di masa mendatang, keberadaan buku-buku mangrove tak terlalu eksklusif dan hanya bisa ditemukan di tempat-tempat tertentu, seperti sekarang. Semoga saja, ya! (Oleh : IKAMaT).

No comments:

Post a Comment