23.11.08

Sejenis Teritip dan Ganggang Laut Menyerang Ekosistem Mangrove di Karanganyar, Semarang

Semarang - KeSEMaTBLOG. “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya.” Pepatah ini mungkin sesuai untuk menggambarkan permasalahan ekosistem mangrove yang bisa dipastikan berbeda di setiap daerah. Seperti yang telah seringkali kami tulis di jaringan KeSEMaTONLINE, bahwa sejatinya, permasalahan mangrove berikut solusinya tak bisa digeneralisasikan sama, di setiap daerah. Masing-masing daerah, akan memiliki permasalahan dan solusi yang berbeda. Dibutuhkan sebuah kesadaran bersama untuk bisa menerima pendapat dan pengalaman dari kelompok/organisasi/institusi mangrove lainnya dengan lebih bijaksana.

Terkadang, kami agak risih apabila menemui beberapa individu yang seringkali “memaksakan” kehendaknya dan mengklaim bahwa pendapatnyalah yang paling benar. Contoh kasus di Semarang, ada sekelompok nelayan yang merasa bahwa untuk menanam mangrove, penggunaan propagul-lah yang paling bagus. Seolah tak mau tahu dengan keberhasilan kondisi bibit mangrove di Jepara yang dengan menggunakan bibit memiliki kelulushidupan 100%, mereka terus saja memaksakan penggunaan propagul dalam setiap kali bertatap muka dengan kami. Pembahasan mengenai lebih baik mana propagul dan bibit, bisa Anda lihat pada artikel KeSEMaT lainnya, dalam jaringan KeSEMaTONLINE ini.

Selain silang pendapat mengenai lebih baik mana penggunaan propagul dan bibit mangrove, permasalahan penanganan hama-hama mangrove di berbagai daerah juga berbeda-beda. Kami ilustrasikan beberapa contoh kasus: (1) Rembang, ganggang laut dan teritip menjadi permasalahan utamanya, (2) Jepara, kepiting, menjadi hamanya, dan (3) Tugurejo, ulat dominan memakan daun mangrove. Masing-masing petani, kelompok pemuda, nelayan dan atau organisasi lainnya, memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi setiap permasalahan hama-hama mangrove di atas. Meskipun hamanya sama, cara penanganannnya di tiap daerah, bisa jadi berbeda-beda.

Kondisi Mangrove di Karanganyar Semarang
Adalaha Karanganyar, sebuah desa yang terletak di bagian Semarang Barat, hampir berbatasan dengan Kota Kendal. Desa ini memiliki permasalahan yang lain lagi. Ekosistem mangrove di sini, telah banyak ditebang lahannya untuk kemudian dirubah menjadi area pertambakan ikan dan udang yang luas. Selanjutnya, memang sudah ada inisiasi penanaman mangrove dari Dinas Perikanan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Namun demikian, inisiasi ini masih tak cukup banyak untuk menutupi areal pertambakan yang sudah terlanjur dibuka lebar-lebar. Hanya beberapa lahan tambak saja yang nampak telah ditanami bibit-bibit mangrove.

Di Karanganyar, hama mangrove yang ditemukan adalah sejenis teritip dan ganggang laut. Teritip menyerang hampir di setiap tegakan bibit Rhizophora berusia sekitar 3 bulan sampai dengan 2 tahun, yang berhasil tumbuh. Sementara itu, ganggang laut menutupi permukaan air dan batang-batang bibit di sekeliling tambak sehingga mengganggu proses sirkulasi udaranya. Tak banyak yang telah dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk mengatasi kedua gangguan ini, melainkan hanya membiarkannya, saja.

Sebagai informasi, Bapak Suyadi, seorang Ketua Kelompok Tani Mangrove yang memiliki kebun bibit persemaian mangrove di Rembang Jawa Tengah, juga memiliki permasalahan yang sama. Beliau mengatasi kedua hama ini dengan cara membersihkan teritipnya dari batang bibit-bibit mangrove dan menyerok ganggangnya dari permukaan air, secara langsung.

Ada satu lagi yang mengganggu di Karanganyar, yaitu terseraknya sampah-sampah plastik hitam yang ternyata adalah polybag. Lihatlah foto di atas, polybag dengan sangat leluasanya menghuni sepanjang sungai yang mengalir ke muara. Dugaan kami, selepas program penanaman bibit mangrove, plastik-plastik polybag-bibit tak dikumpulkan menjadi satu di dalam sebuah wadah (baca: tempat sampah), melainkan langsung dibuang ke pinggir-pinggir sungai.

Sebagai tambahan, sebuah pemandangan mengenaskan juga nampak jelas di Karanganyar. Beberapa buah petak tambak tak produktif telah tertelan air laut sehingga saat pasang, tambak-tambak tersebut tenggelam bak lautan.

Demikian deskripsi singkat mengenai kondisi ekosistem mangrove di Karanganyar, Semarang. Ke depan, KeSEMaT dan beberapa mitranya, berencana akan mengadakan program rehabilitasi mangrove di kawasan ini untuk mengembalikan kembali fungsi ekologis mangrovenya. Ada yang berminat membantu pekerjaan kami? Salam MANGROVER!

2 comments:

  1. Terus bagaimana solusi penanggulangan serangan teritip terhadap tanaman mangrove.

    ReplyDelete
  2. Untuk Bapak Edy, silahkan membaca lanjutan artikel ini, di http://kesemat.blogspot.com/2009/02/jenis-hama-teritip-di-karanganyar-dan.html.

    Salam MANGROVER!

    ReplyDelete