28.5.07

Mengukir Nuklir di Kota Ukir

Jepara - KeSEMaTBLOG. Foto ini diambil ketika saya dan teman-teman KeSEMaT diajak berunding oleh masyarakat Jepara pada Diskusi Publik Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Muria Jepara. Sebenarnya saya malas sekali menulis masalah nuklir di KeSEMaTBLOG. Menurut saya, pembahasan nuklir sudah final. Dengan alasan apapun dan bagaimanapun, tak boleh ada nuklir di Jepara, di Indonesia atau dimanapun di dunia ini. Titik! Saya terpaksa menulis nuklir (lagi), karena setelah mengikuti diskusi publik rencana pembangunan PLTN di Muria Jepara, saya banyak bertemu dengan masyarakat Jepara yang tampaknya sangat ketakutan dengan dampak radiasi yang ditimbulkan dari rencana pembangunan PLTN di daerahnya. Mereka meminta saya untuk mencoba melakukan sosialisasi yang berimbang, tentang nuklir dan PLTN lewat KeSEMaTBLOG.

Menurut hemat saya, nuklir lebih banyak sisi buruknya daripada sisi baiknya. Bahkan Einstein yang pertama kali menemukan reaksi fusi, cikal bakal nuklir, sangat menyayangkan penemuannya. Bom nuklir telah (dengan sukses) disalahgunakan oleh manusia, sehingga (sangat berhasil) membunuh jutaan jiwa manusia, di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Tapi, sudahlah. Saya tak mau memberikan banyak fakta dan data lagi mengenai efek buruk radiasi nuklir. Saya pikir Anda pasti sudah tahu dan bahkan lebih banyak tahu dari saya. Terlebih lagi, (saya yakin), Andapun akan dengan mudah menemukan artikel-artikel mengenai zat berbahaya ini di buku-buku, koran, majalah atau dengan men-searchingnya di internet.

Memang, tak bisa dipungkiri bahwa nuklir juga berguna bagi kehidupan manusia dengan syarat dipergunakan dengan baik dan benar. Namun, (menurut hemat saya) apabila tak dipergunakan sebagaimana mestinya, efek radiasi yang ditimbulkannya akan jauh-jauh lebih berbahaya dan tak sebanding dengan fungsinya. Jadi, apabila lebih banyak menimbulkan kekhawatiran dan keresahan bagi umat manusia, saya kira lebih baik ditiadakan, saja.

Saya banyak membaca literatur tentang nuklir dan menelaah sisi baik dan buruknya hingga saya sampai pada satu kesimpulan bahwa (memang) nuklir tak semestinya diadakan. Saya juga beberapa kali mengikuti seminar yang diadakan oleh pemerintah, LSM dan adik-adik mahasiswa untuk men-sosialisasikan masalah nuklir dan PLTN di Semarang dan Jepara. Dari beberapa seminar itu, saya jadi paham dan mengerti mengapa pemerintah tetap kekeh sumekeh membangun PLTN di Tanjung Muria, Jepara. Apa alasan pemerintah membangun PLTN di Jepara? Apakah sebab pemerintah ingin mengukir nuklir di kota ukir? Tak usahlah saya jelaskan, saya yakin Anda (pasti) tahu jawabannya.

Mari berpikir bijak
Terlepas dari sikap pro dan kontra, dukung dan anti mendukung PLTN. Saya minta sejenak kita bersama untuk bisa berpikir bijak. Tinggalkan jalur pro dan jangan berjalan di garis kontra. Cobalah berpikir mengenai kenyataan yang sekarang terjadi di lapangan. Masyarakat Jepara sudah jelas-jelas menolak. Terlepas dari apakah sikap kontra mereka ditunggangi oleh oknum pihak-pihak tertentu, setidaknya kita bisa melihat mulai timbulnya kericuhan, keresahan, teriakan, perkelahian antar golongan dan berbagai bentuk kecemasan dari masyarakat sana. Saya pikir itu adalah indikator terbaik sebagai bahan untuk kembali menelaah rencana pembangunan PLTN di Muria Jepara.

Intinya, dengan akan mulai dibebaskannya tanah di sekitar Muria di akhir 2007 ini, telah terjadi chaos dan rasa tidak nyaman yang sangat luar biasa yang bisa menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat Jepara sendiri. Apakah ini yang diinginkan pemerintah? Menimbulkan perpecahan di kalangan bawah? Tentu tidak, bukan?!

Kurangnya sosialisai
Bagi pihak yang pro, masalah sosialisasi yang kurang maksimal dituduh sebagai penyebab utama timbulnya kontra di masyarakat. Namun menurut hemat saya, segencar apapun sosialisasi yang dilakukan pemerintah, tetap akan sia-sia, apabila dampak buruk PLTN (misalnya membuat manusia mandul, limbahnya membuat ikan mati sehingga merusak keanekaragaman hayati, dan sebagainya) tetap bergelayut di benak setiap masyarakat Jepara.

Namun demikian, sebenarnya yang paling membuat saya khawatir adalah kesiapan SDM Indonesia sendiri (terutama masyarakat Jepara) yang nantinya “ditunjuk” sebagai pelaksana harian PLTN. Apakah mampu? Lihatlah kasus LAPINDO. Berkacalah ke sana! Semburan lumpur yang sampai dengan sekarangpun tak jua kunjung berhenti dan tak tertanggulangi adalah contoh nyata begitu tak profesionalnya manajemen LAPINDO. Hal ini juga membuktikan betapa tak berdayanya pemerintah dan SDM manusia Indonesia, dalam menghadapi efek samping aktivitas perusahaan tersebut. Sudah tak terhitung lagi, berapa rupiah kerugian akibat semburan lumpur LAPINDO. Bukan hanya manusia, alampun seakan menangis menerima jutaan kubik lumpur yang mengubur mereka. Bayangkan jika ini terjadi dengan limbah PLTN. Berapa banyak radiasi yang akan menewaskan manusia, lalu bagimana dengan efek somatik-nya, keanekaragaman hayati dan….

Golongan pro, pihak yang merasa intelek dan berpikir ke depan, pasti akan selalu mengklaim pihak kontra sebagai seorang tradisionalist dan tak punya pikiran maju alias kuno. Mereka berkata, “PLTN belum dibangun kok takut duluan. Pengecut! Lalu pihak kontra menjawab, “Ya, cobalah dan rasakan dampak radiasinya!”

Menurut hemat saya, bukan masalah takut dan tidak takut mencoba. Logikanya begini, kalau kita ini dipegangi sebuah pisau lalu ada orang yang menyuruh kita untuk menikamkan pisau tersebut ke jantung kita, apa ya kita mau? Kita sudah tahu efek buruk tajamnya pisau itu terhadap jantung kita. Begitu ditikamkan, matilah kita. Saya pikir, hanya orang gila sajalah yang mau melakukan hal itu.

Beberapa poin yang bisa disimpulkan dibalik sikap penolakan masyarakat Jepara terhadap rencana dibangunnya PLTN di Muria Jepara antara lain:
1. Ketakutan mereka akan dampak efek radiasi limbah PLTN
2. Kekhawatiran mereka akan kemampuan SDM masyarakat Jepara dalam mengelola PLTN
3. Ketidakpercayaan terhadap pemerintah akan kajian AMDAL dan SOP dampak PLTN
4. Sosialisasi yang berimbang akan sisi baik dan buruk PLTN
5. Pencarian energi alternatif lainnya selain nuklir yang lebih ramah lingkungan
6. Kekhawatiran eksploitasi sumber daya alam oleh negara luar terhadap Jepara dan Indonesia
7. Belum adanya jawaban yang memuaskan atas pertanyaan, “Sebenarnya PLTN Muria dibangun untuk siapa?
8. Tak ada jaminan dari pemerintah bahwa setelah PLTN dibangun akan lebih men-sejahterkan masyarakat Jepara
9. Permasalahan dampak limbah PLTU yang belum tuntas tak seharusnya ditambah lagi dengan polemik PLTN Muria
10. Pola pikir mereka yang memandang efek jangka panjang daripada jangka pendek, terhadap kerusakan alam yang terus menerus terjadi di Indonesia adalah akibat dari ulah manusia sendiri. Pencarian sumber energi yang lebih ramah lingkungan, lebih bisa diterima daripada sumber energi yang menimbulkan keresahan dan kecemasan bagi masyarakat umum

Sebelum pemerintah bisa menjawab kesepuluh poin di atas, saya kira, masyarakat Jepara akan tetap menolak rencana dibangunnya PLTN di Muria Jepara. (Oleh : IKAMaT).

5 comments:

  1. 1. Radiasi di PLTN sangat kecil, bahkan radiasi dari reaktor riset di Serpong lebih besar.
    2. SDM oke lhoo
    3. AMDAL dan SOP juga dilakukan oleh institusi dari luar negeri.
    4. Sisi buruk sudah jelas, sisi baiknya, sisi buruk bisa diantisipasi dg baik.
    5. Belum ada energi lain yg lebih ramah tapi bisa generate energ sebesar nuklir.
    6. Justru nuklir save sumber alam Indonesia untuk digunakan oleh anak cucu kita.
    7. Dibangun untuk kebutuhan listrik nasional dimana memerlukan 40 GWe pd th 2025.
    8. Berani bertaruh, berapa harga tanah di Jepara setelah PLTN dibangun ? Perkiraan saya bisa 10x lipat dlm 5 tahun. Krn industri yg butuh listrik murah akan berdatangan dan berdampak ekonomi positif.
    9. Limbah bisa di reexport spt yg dilakukan oleh reaktor riset di Serpong.
    10. Saat ini, mnrt Patric Moore, co-founder greenpeace, justru nuklir yg lebih ramah lingkungan dibandingkan dg energi lain, terutama efek pencemaran CO2.

    ReplyDelete
  2. Saya ingin semua jujur.

    Anonymus yth.
    Apakah hanya untuk menginjeksi 2% jadi "nafsu interkoneksi" JAMALI (Jawa-Madura-Bali)kita harus melupakan dan menafikan kekhawatiran dan ketakutan masyarakat Jepara dan sekitarnya.

    Kalau benar Radiasi PLTN sangat kecil, mengapa harus dibangun di Jepara. Padahal hanya butuh tanah 2 km persegi?? Bukankah di sekitar jakarta ada tuh tanah kosong sebesar itu.... Sekalian aja dibangun di sekitar Serpong sana.

    Kalau memang aman 100% dari ancaman radiasi kenapa harus sosialisasi manfaat nuklir untuk kesehatan dan pertanian dulu ke masyarakat Jepara dengan bagi-bagi benih padi Atomita dan diah suci? lalu bagi-bagi sapi dan pakan ternah yang dimuliakan dengan radio isotop?? Kenapa tidak langsung sosialisasi manfaat dan madlarat PLTN??? Jujurlah!!!

    Kalau SDM kita Oke, kenapa harus menarik Investor dari Luar Negeri. Korea, Jepang, Amerika dan Perancis??

    Jika jawabannya, kita gak punya uang. Lalu mengapa memaksakan diri membangun PLTN dengan utang luar negeri??? Apa gak gila nich...

    Utang Luar Negeri kita dah numpuk, bung! Udah dapat duitnya dari utang, masih dikorup untuk fee-fee dan lain-lain. Piye jal??

    Amdal dan SOP dari institusi luar negeri.... Lagi-lagi dari luar. Jangan-jangan amdalnya copy-paste dari PLTN yang ada di luar negeri. SOP dari luar... Bagaimana kedisiplinan "security" dan "operator" dari bangsa kita??? Bagaimana kesiapan masyarakat....

    Ingat bung, ilmu dan teknologi tidak bebas nilai. PLTN hanya menghasilkan Listrik dan limbah plutonium, yang sampai saat ini belum bisa dimanfaatkan kecuali untuk moncong senjata... Mau??? Ente mati kayak serdadu AS yang gak tau kalo peluru yang mereka bawa ke Irak mengandung plutonium...????

    Sisi Buruk dapat diantisipasi dengan baik???? Jelas anda telah melakukan KEBOHONGAN PUBLIK YANG SANGAT BESAR......
    Lapindo udah satu tahun... mana buktinya????
    UU tentang Ketenaga-nukliran, jelas-jelas memposisikan masyarakat sangat lemah? Kecelakaan radiasi hanya bisa diadili di pengadilan setempat (jepara, misalnya). Padahal begitu ada insiden maupun aksiden nuklir.... Wong sak njeporo wis bablas kabeh sak hakim-hakime. Udahlah bung Jujurlah....

    Kalo ente mengatakan belum ada energi yang lebih ramah dari PLTN, ente pasti bercanda!!!

    Surya, Air, Angin, Panas Bumi, Bio-massa, Gelombang Laut, Bio-fuell, etc.

    Problemmya kita belum serius mengelola. Kita maunya instant. Beli sana, tukar sini.

    Jujurlah, cadangan energi primer kita masih banyak. Salah kelola. Dibuat nyaur utang. Gas di ekspor. Batu bara diekpor.... apa gak gila?? Dasar otak-otak bakul, taoke, makelar. Tuh para punggawa negara. maunya dapat proyek gedhe, gak mau ngurusin energi ramah terbarukan yang kecil-kecil dan jelas-jelas memberdayakan masyarakat. Jika perlu desentralisasi energi daripada mengembangkan JAMALI yang mahal dan menguntungkan investor asing saja!!

    Udah... ah.

    Malu aku menjadi orang Indonesia yang tidak jujur dan korup. Semoga Allah membimbing saya...

    Wassalam

    Zakariya Anshori
    Warga Jepara Biasa.

    ReplyDelete
  3. 1. Mengapa bukan di Jakarta? walaupun cuma 2km persegi. Karena berdasar hasil penelitian, kondisi geologi di Muria lah yang paling baik diantara yang lainnya.
    2. Tidak mungkin memberikan sosialisasi ttg energi Nuklir pada orang yg tidak mengerti dasar2 ilmu kenukliran. Sama seperti anda menjelaskan efek karbonik dari PLTD pada masyarakat umum (baca : daerah Muria). Ini masih ditambah dengan bayang2 Chernobyl.
    3. SDM kita oke, dan memang mengambil SDM dari luar negri. Ok, dalam bidang iptek apa SDM kita paling jago? apa ada yang tidak pakai SDM luar? PLTA juga pakai SDM dari luar untuk konsultan konstruksi bangungan, instalasi generator, jalur distribusi, analasisa distribusi, dll.
    4. Investor dari luar itu bukan berarti melulu kita tidak punya uang. Sebuah perusahaan yang punya modal banyak saja ketika membangun anak perusahaan tetap mengundang investor luar.
    5. Urusan utang Indonesia, aku yo bingung jal.. Lah jenengan wis nyumbang piro nggo mbayar utang Indonesia?
    6. Amdal dan SOP dari luar hanya sebagai landasan. Memang mau dapat dari mana lagi? Amdal PLTA, PLTU, dll juga dasarnya dari luar negri.
    7. Limbah plutonium tak jelas dimanfaatkan kemana? Saya setuju dengan anda.
    8. Sisi buruk diantisipasi dengan baik? Saya setuju dengan anda. LAPINDO itu harus bisa diselesaikan dulu baru PLTN bisa dibicarakan lagi.
    9. Urusan ramah lingkungan dll, PLTN memang *sayangnya* adalah yang paling aman. Secara default dia tidak merusak. Dia baru akan merusak jika terjadi kerusakan (error). Ini sudah jelas kok. Kalau mau tau, silahkan analisis masing - masing energi Surya, Air, Angin, Panas bumi, bio massa, dll.

    10. Saya bukan orang yang anti ataupun pro PLTN. Saya cuma taunya beberapa tahun ke depan Indonesia bakal butuh suplai listrik berpuluh kali lipat.

    Btw, point saya no.8 tadi harus bener2 jadi perhatian pemerintah.

    Oh iya, salam kenal. :)

    ReplyDelete
  4. mas numpang copy artikelnya ya

    ReplyDelete
  5. bicara mengenai nuklir memang syarat akan manfaat,nuklir itu luas sekali. aplikasinya dalam berbagai bidang sangat membantu sekali. mudah-mudahan masyarakat kita sadar akan manfaat ini

    kita harus melihat permasalahn nuklir ini secara objektif,segala aspek ada positif negatif. ada yang menolak karena hanya melihat aspek negatifnya saja.
    tapi manfaat nuklir itu sangant banyak.

    mau bukti? kunjungi kami

    ReplyDelete