9.7.09

Sesi Penanaman MANGROVE REpLaNT 2009, Tak Lagi Dilakukan di Teluk Awur!

Semarang – KeSEMaTBLOG. Sudah tidak ada lokasi penanaman mangrove lagi, di Teluk Awur, Jepara! Begitulah barangkali sebuah kalimat yang tepat untuk menggambarkan bahwa di tahun 2009 ini, memang sudah tidak ada lagi tempat, bagi bibit-bibit mangrove untuk ditanam di pesisir pantai desa itu. Tak adanya lahan penanaman ini, tak lain dan tak bukan, karena berhasil tumbuh lebatnya bayi-bayi mangrove, hasil program konservasi mangrove KeSEMaT, bertajuk MANGROVE REpLaNT (MR) di pesisir Teluk Awur.

Bagi Anda yang dengan setia mengikuti perjalanan MR KeSEMaT setiap tahun, mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2008, dan akan diadakan lagi pada tanggal 24 – 26 Juli 2009 ini, tentunya sudah tidak asing lagi dengan MR, yang selalu saja melibatkan ratusan orang peserta dan ribuan bibit mangrove, ini.

Sejak mulai ditanam di tahun 2003, kelulushidupan bibit mangrove di lokasi Mangrove Education Center of KeSEMaT (MECoK), mencapai angka yang fantastis, yaitu 95%. Maka, tak salah memang, apabila lahan seluas kurang lebih satu hektar itu, kini telah penuh dengan jutaan tumbuhan mangrove jenis anakan, semai dan pohon, yang tumbuh berjejalan membentuk sebuah hutan mangrove kecil.

Lihatlah foto di atas. Foto ini diambil KeSEMaTERS pada tanggal 9 Juli 2009, pada saat melakukan pengecekan terhadap lokasi penanaman bagi MR 2009 di suatu area di luar Teluk Awur. Ya, kali ini KeSEMaT tidak akan menanam mangrove di MECoK lagi (kecuali hanya untuk program penyulaman mangrove), melainkan di sebuah desa yang berjarak kurang lebih setengah jam perjalanan dari Teluk Awur. Desa itu bernama Tanggul Tlare!

Tanggul Tlare, sebuah desa yang penuh dengan area pertambakan dan terancam oleh abrasi, sekarang ini dan sepuluh tahun ke depan akan menjadi target selanjutnya bagi KeSEMaT, agar bisa dihijaukan kembali, layaknya Teluk Awur.

Perlu diketahui bahwa untuk area Jepara, baru kali ini KeSEMaT berpindah lokasi penanaman, setelah delapan tahun terus menerus bekerja dan berjibaku dengan lumpur dan bibit mangrove, memfokuskan diri di satu buah titik, yaitu Teluk Awur. Konsep ini sengaja diusung, dengan tujuan untuk lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas.

Sebuah pemikiran untuk melakukan rehabilitasi mangrove dengan cara melebatkan sebuah titik terlebih dahulu, daripada melakukan penanaman di banyak titik dengan konsep nomaden, memang sengaja dipilih untuk membangun sebuah area percontohan mangrove. Dan, pemilihan konsep ini ternyata berhasil! Setelah delapan tahun berlalu, MECoK yang dulunya “gersang bagaikan lapangan bola” kini berubah menjadi “rimbun laksana hutan-rimba-purba.”

Konsep penanaman mangrove di Tanggul Tlare yang akan dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2009 pada saat event nasional bertajuk MR 2009: Seminar Nasional, Pelatihan dan Penanaman Mangrove, akan sedikit berbeda dengan konsep penanaman yang selama delapan tahun ini, diterapkan oleh KeSEMaT di Teluk Awur. Di Tanggul Tlare, KeSEMaT dan masyarakat setempat akan menerapkan sistem penanaman mangrove dengan konsep silvofishery untuk membantu masyarakat Tanggul Tlare, dalam menyelamatkan tambak mereka dari abrasi air laut yang semakin hari semakin mendekati area pertambakan mereka.

Penasaran dengan konsep silvofishery yang akan diterapkan oleh KeSEMaT pada saat MR 2009? Ayo, ikuti MR 2009! Tata cara pendaftarannya, silahkan berkunjung ke KeSEMaTONLINE www.kesemat.undip.ac.id.

Jadilah saksi sekaligus “founding father” bagi penanaman mangrove konsep silvofishery di Tanggul Tlare, di tahun pertamanya. Layaknya di Teluk Awur, siapa tahu, sepuluh tahun dari sekarang, Anda sebagai peserta MR 2009 akan dikenang oleh KeSEMaT dan masyarakat Tanggul Tlare Jepara, sebagai salah satu pemrakarsa dan perintis bagi keberhasilan program penanaman mangrove di desa ini. Salam MANGROVER!

No comments:

Post a Comment