4.6.07

Mengapa KeSEMaT Hanya Tertarik Mengurus Mangrove?

Semarang - KeSEMaTBLOG. Ada satu, dua pertanyaan yang masuk melalui email KeSEMaT di kesemat@yahoo.com yang pada intinya menanyakan tentang hal dasar, mengapa saya dan KeSEMaT lebih tertarik mengurusi mangrove dan tidak dengan komunitas pesisir lainnya. Jawaban untuk pertanyaan ini mudah saja yaitu, karena mangrove belum ada yang memperhatikan dan mengurusi! Di awal tahun 1998, di saat saya masuk kuliah pertama kali di Jurusan Ilmu Kelautan UNDIP Semarang, mangrove belum begitu terkenal seperti sekarang.

Saat itu, penelitian-penelitian bertema mangrove untuk skripsi misalnya, masih sangat sedikit apabila dibandingkan dengan sekarang. Waktu itu, tema karang dan budidaya ikan adalah tema favorit. Bahkan ada wacana yang berkembang diantara angkatan saya, bahwa mahasiswa S1 Ilmu Kelautan yang tidak mengambil tema karang dan atau budidaya ikan, maka gelar sarjana-nya dianggap kurang afdol.

Memasuki millenium baru, tahun 2000, keadaan masih sama saja. Apalagi setelah saya pindah dari kampus Semarang ke kampus Jepara, saya semakin tahu keadaan mangrove di lapangan. Saya sadar bahwa komunitas mangrove di belakang kampus saya (yang kata penduduk setempat, dulunya sempat lebat) kini menjadi sangat gersang, gundul dan kering bak lapangan sepakbola. Penebangan mangrove yang dilakukan oleh oknum yang tak bertanggung jawab terjadi akibat tak adanya informasi dan pengetahuan tentang arti penting mangrove kepada oknum tersebut sehingga dia sangat berani (bahkan dengan santainya) menebang dan menggunduli hutan mangrove di belakang kampus tercinta saya, itu.

Melihat kenyataan seperti itu, rasa “kasihan” saya kepada mangrove, semakin menjadi-jadi. Saya berpikir, apa yang bisa saya sumbangkan untuk mengatasi permasalahan lahan gundul di belakang kampus saya (?). Kemudian, (waktu itu) saya juga sempat juga tak habis pikir. Mengapa di saat komunitas pesisir lainnya semisal terumbu karang begitu diperhatikan, tetapi komunitas mangrove seakan dipinggirkan?

Akhirnya, pada tahun 2001, lahirlah KeSEMaT. Saya dan teman-teman saya, membuat organisasi dengan tujuan sederhana yaitu ingin menghijaukan kembali komunitas mangrove di belakang kampus Ilmu Kelautan UNDIP Teluk Awur Jepara. Akhirnya, melalui program penyuluhan dan penanaman mangrove bertajuk Mangrove REpLaNT (MR) 2003 yang Alhamduliillah didukung sepenuhnya oleh sebuah LSM Internasional bernama Wetlands International Indonesia Programme (WI-IP), program ini berhasil! Setelah lima tahun berlalu, hutan mangrove yang dulunya gersang dan gundul, kini lebat kembali.

Setelah berhasil mengelola MR selama lima tahun dan seiring semakin majunya organisasi mangrove mahasiswa ini, tujuan jangka panjang KeSEMaT berkembang menjadi mempopulerkan mangrove ke masyarakat Indonesia (syukur-syukur) dunia, agar mereka lebih mengetahui dan peduli tentang ekosistem ciptaan Tuhan, yang (sampai dengan sekarang) masih saja dianaktirikan ini. Berbagai terobosan pembuatan dan pelaksanaan program-program mangrove telah kami lakukan. Dan akhirnya, Alhamdulillah, di tahun 2007 ini, mulai banyak masyarakat yang merasakan akan arti kehadiran saya dan KeSEMaT.

Usaha kecil yang kami rintis di Teluk Awur, untunglah (secara tersirat) juga didukung “sepenuhnya” oleh pemerintah. Sekarang ini, mulai bermunculan program-program pemerintah yang berpihak pada mangrove yang awalnya diinisiasi dengan dibukanya departemen baru yaitu Departemen Kelautan dan Perikanan. Setelah itu, banyak sekali program-program baru yang bermunculan seperti Program Mitra Bahari (PMB) yang semakin gencar dipromosikan pemerintah untuk mempercantik kembali, sekaligus mempromosikan ekosistem pasang surut ini, ke masyarakat Indonesia.

Sementara itu, di lain tempat, di komunitas kampus saya sendiri, penelitian tentang mangrove, kini menjadi penelitian yang “bergengsi” dan paling banyak dicari. Beberapa orang mahasiswa setiap tahunnya membentuk tim mangrove untuk melakukan penelitian tentang mangrove, lengkap satu paket (ekologi mangrove, makrobentos, plankton, herbivory, dekomposisi, dan lain-lain). Pun, wacana teman-teman se-angkatan saya dulu yang (katanya) kalau tidak mengambil tema karang dan atau budidaya ikan, maka gelar sarjana-nya dianggap kurang afdol, kini juga telah luntur dan hilang.

Perkembangan yang lebih menggembirakan adalah sekarang Anak-anak KeSEMaT sering diperbantukan dalam proyek-proyek mangrove dan juga menjadi narasumber untuk memberikan penyuluhan mangrove ke masyarakat pesisir di Pantai Utara Jawa.

Di dalam dan di luar kampus, sekarang ini saya amati bahwa mangrove benar-benar manjadi “Anak Emas”. Sudah banyak pihak yang mengetahui, mengerti, memahami dan peduli dengan ekosistem rawa ini walaupun belum juga maksimal. Masih terbentang jalan panjang untuk berjuang merehabilitasi mangrove menjadi sebuah ekosistem yang selaras dan seimbang dengan kebutuhan manusia.

Untuk memaksimalkan usaha kampanye mangrove ke masyarakat, masih banyak yang harus saya dan KeSEMaT lakukan. Apakah Anda berniat membantu kami dalam mengkampanyekan mangrove? Bantulah kami meyebarluaskan informasi mangrove dengan cara merekomendasikan KeSEMaTBLOG ke teman, organisasi, institusi atau perusahaan Anda. Bantulah kami dalam mempulerkan mangrove. Mari populerkan mangrove. Sekarang! (IKAMaT).

No comments:

Post a Comment