30.8.07

Dua Belas Hal “Menakutkan” di Mangrove (?)

Semarang - KeSEMaTBLOG. Kalau Anda datang ke pesisir dan berniat melakukan upaya konservasi berupa penanaman mangrove, maka kejadian seperti yang dialami oleh salah seorang KeSEMaTers ini (lihat foto di samping), bisa dijadikan pelajaran dan informasi yang berguna bagi Anda. Capit kepiting Uca sp, nampak menancap keras, merobek kulit kakinya. Darah segar, tak ayal lagi, mengucur keluar dari kaki kanannya. Saya ingat, teman saya pernah berkata, “Proses “bekerja” di mangrove, memang kadang terasa berbahaya dan sangat menyulitkan. Makanya saya takut dan malas ke sana.” Saya katakan, pendapat itu ada benarnya tapi tidak seratus persen. Memang, bukan hanya kepiting saja, masih banyak hal lain yang harus Anda waspadai, setiap kali melakukan upaya konservasi di lahan mangrove.

Setidaknya ada dua belas hal yang harus diwaspadai, seperti: (1) terjerembab dalam lumpur, (2) digigit nyamuk mangrove yang ganas, (3) tertusuk pecahan kaca (baca: beling), (4) tertusuk duri Acanthus ilicifolius, (5) tertusuk pecahan karang, (6) digerayangi cacing pipih alias polychaeta (baca: poliket), (7) menginjak lintah, (8) tertusuk ajir, (9) bertemu ular wideng (ular pemakan kepiting wideng (Episesarma), (10) tertusuk akar Avicennia spp, (11) tersengat matahari, (12) bertemu kotoran manusia dan sampah membusuk, dan lain sebagainya. Kedua belas hal di atas, sudah pasti, akan Anda temui dan akan Anda alami sendiri.

Namun yakinlah, berbagai kejadian dan peristiwa “menakutkan” ini, akan langsung hilang, langsung sirna, begitu Anda masuk ke area mangrove dan bekerja demi kelangsungan kehidupan mereka dimasa mendatang. Apa pasal? Resiko dan ketakutan yang terdeskripsikan di atas, rasanya terlalu kecil jika dibandingkan dengan keindahan mangrove itu sendiri. Selanjutnya, rasa ketakutan Anda juga akan segera terkubur dengan rasa iba, setelah melihat kondisi mangrove yang sangat merana.

Bagi saya, (1) Terjerembab dalam lumpur adalah kesempatan yang paling saya tunggu untuk sekedar bisa mengolahragakan kaki-kaki saya yang kadang kaku karena terlalu lama duduk di depan komputer. (2) Digigit nyamuk mangrove yang ganas adalah sebuah sentilan terbaik untuk terus mengobarkan jiwa konservasi saya.(3) Tertusuk pecahan kaca (baca: beling) adalah sebuah peringatan keras kepada saya, bahwa mangrove juga mengalami cabikan luka yang sama di tubuhnya.

(4) Tertusuk duri Acanthus ilicifolius adalah sapaan hangat darinya, agar saya bisa memberikan kontribusi lebih nyata lagi untuk men-sosialisasikan kepada manusia bahwa di dalam akarnya terdapat zat yang sangat berguna untuk mengobati penyakit-penyakit berbahaya manusia. (5) Tertusuk pecahan karang adalah sentuhan paling lembut agar saya lebih bisa tegas lagi dalam menentukan sikap di pekerjaan konservasi ini. (6) Digerayangi cacing pipih alias polychaeta (baca: poliket) adalah sebuah petunjuk paling berharga yang memperlihatkan kepada mata saya, betapa Maha Besarnya Sang Pencipta saya, yang telah begitu indahnya menciptakan sebuah makhluk hidup kecil nan berguna dalam penguraian jasad renik di lingkungan mangrove.

(7) Menginjak lintah adalah berkah karena saya bisa bertemu dengan salah satu sahabat dekatnya mangrove. (8) Tertusuk ajir adalah hikmah sebuah kecerobohan saya yang tak bisa berhati-hati dan cenderung tergesa dalam melakukan suatu pekerjaan. (9) Bertemu ular wideng (ular pemakan kepiting wideng (Episesarma) adalah kesempatan emas untuk sekedar menyentuhnya sehingga rasa sayang saya kepada makhluk Tuhan saya, semakin bertambah besar.

(10) Tertusuk akar Avicennia spp adalah panggilan dari yang bersangkutan agar saya tak pernah putus datang ke rumahnya dan melakukan perbaikan-perbaikan di sana.(11) Tersengat matahari, sehingga membuat kulit saya hitam legam, terkelupas, bersisik dan belang-belang adalah sebuah tanda yang hebat, yang membuat saya sangat bangga dengan pencapaian saya. Apa pasal? Saya telah membuktikan kepada manusia bahwa saya sudah melakukan upaya konservasi di mangrove dengan baik. (12) Bertemu kotoran manusia dan sampah membusuk tentu saja sebuah tanda terjadinya proses penguraian jasad. Dan ini baik. Ini akan membuat aliran energi di lingkungan mangrove menjadi seimbang, lagi.

Begitulah saya memaknai setiap peristiwa “menakutkan” di mangrove (?), ini. Saya sengaja memberikan tanda tanya dalam kurung, karena menurut saya, memang tidak ada peristiwa “menakutkan” di mangrove. Sebaliknya, di mangrove semua peritiwa adalah menggembirakan, menyenangkan dan penuh makna. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari sana. Peristiwa menakutkan ini hanyalah akal-akalan otak manusia (baca: teman saya) yang takut melakukan pekerjaan konservasi di lingkungan yang indah, ini. Di mangrove, semua peristiwa adalah normal dan biasa saja. Tak ada yang perlu ditakutkan. Jadi, mengapa tak segera saja Anda ke sana? Jangan-jangan Anda masih takut, ya? Semoga tidak. (IKAMaT).

No comments:

Post a Comment