23.1.08

KeSEMaTER : Kami Bangga, Tapi Kami Juga Sedih

Semarang - KeSEMaTBLOG. Minggu-minggu ini, pesan singkat yang masuk via KeSEMaTSHOUTMIX di KeSEMaTBLOG dipenuhi dengan pertanyaan proses rekruitmen KeSEMaT dan ada tidaknya cabang KeSEMaT di daerah-daerah di Indonesia. Beberapa pesan singkat tersebut antara lain adalah tersebut di bawah ini:

Ambar
“wahh.... hebat juga yach bisa ada komunitas ky gini. saya mw tanya dunk, boleh yeah... apa komunitas ini ada di jakarta?yg di muara angke.”

Yanti
“kenapa kesemat cuma ada di jateng?! kenapa kesematers harus punya latar belakang 'perikanan dan kelautan?!!”

Chah
“Salam Kenal, ada gak Kesemat cabang Sumatera, terutama untuk wilayah Sumatera Utara? Adakah Kesemat meneliti tentang mangrove di wilayah kami?”

Tak cuma tiga, pesan-pesan serupa juga sering kami terima melalui email, yang intinya sangat ingin bekerjasama dan bergabung menjadi Anggota KeSEMaT sehingga mereka bisa ikut serta menyelamatkan mangrove, layaknya KeSEMaTERS (lihatlah foto di atas, pada saat KeSEMaTERS bertemu dan bercengkerama dengan Kelompok Tani Mangrove Sidodadi Maju, Rembang). Namun demikian, karena keterbatasan manajemen kami, (mohon maaf sekali) untuk permintaan masyarakat yang menginginkan agar KeSEMaT bisa mengakomodir mereka sebagai KeSEMaTERS, belum bisa kami penuhi.

Mengapa demikian? Karena KeSEMaT masih dalam koridor Unit kegiatan mahasiswa (UKM) milik Universitas Diponegoro (UNDIP) sehingga belum bisa merekrut anggota, di luar mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Perikanan (JIK FPIK) UNDIP. Tak berdayanya kami dalam memenuhi aspirasi masyarakat menjadi seorang KeSEMaTERS inilah, yang membuat kami sedih. Kami merasa, kami telah menghalangi keinginan masyarakat yang berniat berpartispasi dalam menyelamatkan pesisirnya.

Kemudian, kami juga belum bisa membuka cabang di daerah-daerah lain di luar Semarang dan Jepara. Kami berpikir, masih banyak permasalahan yang wajib kami selesaikan di dua area kerja kami ini. Sebelum bisa menyelesaikan permasalahan mangrove di rumah kami sendiri, kami belum berniat untuk keluar dari Semarang dan Jepara. Namun demikian, apabila masyarakat berkeinginan agar KeSEMaT bisa membantu “membangun” ekosistem mangrove di daerahnya, dengan senang hati para KeSEMaTERS akan membantu. Apabila Anda cermati KeSEMaTBLOG, pengiriman KeSEMaTERS ke Kalimantan, Aceh, Nusa Tenggara, Sidoarjo, Sulawesi dan berbagai daerah di Indonesia adalah suatu hal yang biasa dilakukan oleh KeSEMaT demi membantu masyarakat “memelihara” mangrove di pesisir mereka.

Selanjutnya, apabila membaca dan mencermati tiga buah contoh pesan singkat tersebut di atas, terus terang kami bangga. Kami merasa, betapa ternyata begitu banyak orang yang perhatian dan “sayang” kepada KeSEMaT. Kami juga senang, karena di luar sana, tak sedikit pula masyarakat yang masih peduli dengan mangrove dan ekosistem pesisirnya sehingga ingin sekali bergabung dan atau bekerjasama dengan KeSEMaT.

Namun demikian, tak hanya senang dan bangga saja, tapi kami juga (kembali) sedih. Apa pasal? Karena dibalik semakin banyaknya apresiasi dan dukungan masyarakat Indonesia kepada kami, ternyata di “rumah” kami sendiri, di JIK FPIK UNDIP, kami tak mendapatkan dukungan “yang layak” dari para mahasiswanya.

Semakin hari, semakin sedikit mahasiswa yang tertarik untuk menyelamatkan pesisir di Jepara, Semarang, Demak, Rembang dan sekitarnya. Padahal, KeSEMaT tak pernah putus melakukan upaya pendekatan, publikasi dan kampanye mangrove kepada mereka. Seperti yang telah kami jelaskan di atas, dukungan justru lebih banyak bermunculan dari mahasiswa dan masyarakat Indonesia di luar UNDIP, di luar Semarang. Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan besar, ada apakah dengan jiwa konservasi mangrove mahasiswa (Angkatan 2006) di JIK FPIK UNDIP?

Fakta menunjukkan, sejak awal berdirinya KeSEMaT tahun 2001, jiwa dan semangat konservasi mangrove mahasiswa JIK FPIK UNDIP tak pernah surut hingga seakan terhenti di tahun 2006. Setiap tahun, para insan muda peduli mangrove yang bergabung dengan KeSEMaT sangat banyak berkisar 50-an orang lebih. Namun, hal ini tidak terjadi di tahun 2006. Tak lebih dari 10 orang mahasiswa saja, yang bergabung dengan kami. Alasan utama mereka kurang berminat dalam menyelamatkan mangrovenya adalah semakin ketatnya jadwal perkuliahan (?).

Namun, syukurlah. Keadaan ini, kiranya tak bertahan lama. Di awal tahun 2008 ini, masyarakat muda JIK FPIK UNDIP mulai banyak lagi yang mendukung kami. Kurang lebih 30-an insan muda JIK FPIK UNDIP telah merapatkan barisannya, demi sebuah upaya penyelamatan mangrove di pesisir Utara Jawa yang semakin hari kondisinya semakin kritis dan memprihatinkan.

Kami hanya berharap, di masa mendatang, semakin banyak lagi insan muda baik dari JIK FPIK UNDIP maupun masyarakat umum yang peduli, sayang dan cinta dengan mangrove dan KeSEMaT. Alasan padatnya jadwal perkuliahan dan berbagai alasan lainnya, kami kira tak bisa dikemukakan sebagai sebuah alasan apalagi penghalang dalam setiap usaha penyelamatan mangrove, karena jiwa konservasi terhadap alam tak ada hubungannya sama sekali dengan hal-hal teknis seperti itu.

Ucapan terima kasih, tak lupa kami haturkan kepada masyarakat Indonesia, yang terus bersedia mendukung kami sampai dengan sekarang ini, sembari memohon maaf karena belum bisa mengakomodir permintaan bergabung sebagai KeSEMaTERS. Semoga saja di masa mendatang, kami bisa memenuhi permintaan masyarakat Indonesia. Akhir kata, marilah kita terus berusaha untuk menyelamatkan ekosistem mangrove kita, bukan hanya demi kita saja, tapi juga untuk generasi kita di masa yang akan datang. Salam MANGROVER!

No comments:

Post a Comment