2.1.08

Teka-teki Aegiceras dan Avicennia di Australia

Semarang - KeSEMaTBLOG. Siang itu, di akhir November 2007, aku (Abdullah Habibi) diajak teman membantu mengambil sampel larva ikan dengan plankton net di daerah Sungai Richmond, Broadwater, Australia. Selesai membantu memasang plankton net, aku menunggu temanku menyiapkan boat sambil duduk di pinggiran sungai. Iseng memandangi kawasan sekitar yang masih alami, mataku melihat kilauan terang dari atas dedaunan yang hidup di dekatku. Penasaran, aku datangi daun itu untuk melihat lebih dekat.

Dalam jarak yang lebih dekat, kulihat dengan jelas ada kristal-kristal kecil yang berkilauan di atas dedaunan. Awalnya aku sama sekali tidak terpikir untuk mengkaitkan kristal ini dengan mekanisme sekresi garam oleh mangrove, mengingat informasi dari temanku bahwa daerah ini adalah kawasan sungai yang jauh dari muara sungai dimana mangrove banyak tumbuh. Akan tetapi bentuk daunnya yang mengingatkanku pada bentuk daun Aegiceras, salah satu genus mangrove, membuatku penasaran. Akhirnya aku coba jilat kristal diatas daun-daun itu. ASIN!!! Tak salah lagi, ini kristal garam dari Aegiceras!

Mencoba mengingat salah satu pelajaran dari KeSEMaT, mengenai habitat hidup mangrove di daerah air payau, membuatku tidak berhenti hanya dengan mengetahui kristal garam di atas daun dan morfologi daun. Ketika kucoba mencecap rasa air sungai, tidak ada yang aneh, rasa air biasa cuma warnanya saja yang sedikit coklat keruh. Berarti kalau misalnya air tidak payau, pasti ada sesuatu yang luar biasa yang belum aku ketahui. Kulihat sekitar, ada banyak biji Avicennia yang sudah mulai keluar pucuk daunnya tersebar di pinggiran sungai. Aku semakin heran, bijinya ada, kok pohonnya tidak ada, ya? Dimana gerangan pohon yang menghasilkan biji-biji ini?

Pertanyaan itu akhirnya terjawab ketika riset dimulai. Boat melaju menuju muara sungai, sekitar satu kilometer dari tempat berangkat aku melihat ada rerimbunan vegetasi Avicennia yang sedang berbuah! Keberadaan vegetasi Avicennia itu tidak hanya menjawab dimana sumber biji berasal, tetapi juga menjawab kenapa ada Aegiceras di pinggiran sungai yang mengeluarkan kristal garam meskipun airnya tidak berasa payau. Keberadaan vegetasi Avicennia lebih dekat ke muara dengan biji yang ditemukan lebih ke arah hulu sungai, menyiratkan kemungkinan adanya pengaruh pasang surut yang membawa massa air dengan salinitas diatas normal dari air sungai biasa.

Aku coba buka website http://maps.google.com.au, dan aku temukan lokasi Broadwater disana. Jika dihitung dari jarak lokasi Broadwater ke arah laut, hanya sekitar 4 km. Akan tetapi jika dihitung dari ujung muara sungai ke arah Broadwater, akan terukur jarak sekitar 23 km! Satu jarak yang sangat jauh untuk bisa membawa massa air dengan salinitas tinggi ke hulu sungai. WOW!!!

Selama ini, aku hanya berkutat dengan melihat mangrove di sebelah utara pulau Jawa yang kebanyakan habitatnya berada di muara sungai. Di sini, aku bertemu dengan mangrove yang hidup dan dihubungkan dengan satu aliran sungai sejauh 23 km dari muaranya. Bagaimana dengan mangrove di Kalimantan Timur? Bagaimana dengan mangrove di Papua? Bagaimana kalau misalnya habitatmu tidak dirusak oleh manusia. Seberapa jauhkah kau bisa hidup di pinggiran sungai ke arah hulu? Mangrove, kau mengejutkanku!

No comments:

Post a Comment