3.12.08

Kabar Mangrove dari Sumatera Utara: One Person Ten Trees

Semarang - KeSEMaTBLOG. Bapak Onrizal, seorang dosen dari Universitas Sumatera Utara (USU), telah berbaik hati untuk mengirimkan artikelnya ke Jaringan KeSEMaTONLINE. Berikut ini adalah pengalaman beliau dengan para mahasiswa dan mangrove beliau. Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi dan menginisiasi kita untuk lebih menyayangi dan mencintai mangrove dan ekosistem pesisir di sekitar kita.

Ketika Jumat 28 November 2008 Presiden RI mencanangkan program Hari Menanam Nasional dengan motto: One man one tree atau satu orang menanam satu pohon, maka pada Ahad 30 November 2008, mahasiswa Kehutanan USU melakukan penanaman hutan mangrove di Pulau Sembilan yang merupakan salah satu pulau yang termasuk wilayah Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Kegiatan tersebut dinamakan one person ten trees atau satu orang menanam 10 pohon.

Mengapa memilih Pulau Sembilan? Onrizal sebagai dosen pembimbing kegiatan tersebut menyatakan bahwa bagi kami Pulau Sembilan merupakan simbol bagaimana pengelolaan sumberdaya alam, khususnya hutan mangrove atau sering disebut hutan bakau yang dilakukan secara tidak seimbang telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan pada akhirnya menyengsarakan masyarakat. Kerusakan ini harus segera diperbaiki!

Pada era 1980-an, Pulau Sembilan pernah mendapatkan Juara Nasional dalam intensifikasi tambak. Kemudian di awal 2000 meraih peringkat 3 Nasional budidaya ikan kerapu dan usaha tangkap ikan kerapu. Atas prestasi tersebut, perwakilan masyarakat desa Pulau Semibilan menerima penghargaan dari Presiden Soeharto untuk intensifikasi tambak, dan dari Presiden Abdurrahman Wahid untuk budidaya ikan kerapu. Namun belakangan, sebagian besar tambak budidaya udang dan ikan yang terletak di sekeliling pulau tersebut tidak bisa diusahakan lagi, karena banyaknya serangan penyakit.

Kepala Desa Pulau Sembilan, Bapak Ishak menginformasikan luas tambak di desa mereka adalah sekitar 500 ha atau seperlima dari luasan pulau yang mereka huni, namun hampir hanya sekitar 10% yang masih bisa berproduksi meskipun hasilnya terus berkurang. Bapak Burhan, yang juga merupakan salah seorang tokoh masyarakat di Pulau Sembilan menambahkan bahwa hampir seluruh tambah di desa mereka telah tercemar. Sehingga udang yang ditabur, hanya bertahan sekitar setengah atau satu bulan, lalu mati. Sekitar setahun lalu pihak dinas perikanan atau pengaduan masyarakat telah meneliti ke tambak desa tersebut, namun sampai saat ini belum ada informasi hasilnya. Masyarakat desa menduga, pencemaran karena pupuk kimia yang telah lama mereka gunakan yang terakumulasi sejak tahun 1980-an lalu. Hampir sebagian besar hutan mangrove di desa tersebut telah berubah menjadi tambak yang sudah mati atau tidak diusahakan lagi.

Atas dasar itu, Onrizal yang saat ini juga sedang studi doktor di School of Biological Sciences, USM Malaysia dengan mendalami ekologi, rehabilitasi dan manajemen hutan mangrove sejak S1 di IPB menyatakan bahwa kami ingin berpartisipasi dalam memulihkan kembali kondisi hutan mangrove di Pulau Sembilan yang saat ini telah rusak. Kami mengajak para mahasiswa kehutanan untuk terjun langsung dalam perbaikan hutan yang hari ke hari kondisinya terus semakin rusak. Pulau Sembilan yang pernah juara nasional kemudian kondisinya rusak, dan kami ingin menjadi bagian perbaikan, sehingga sumberdaya hutan mangrove di kawasan tersebut pulih dan kembali memberikan manfaat ekonomi dan ekologi, khususnya masyarakat Pulau Sembilan dan masyarakat di pesisir timur Sumatera Utara umumnya.

Kegiatan one person ten trees diikuti oleh 104 mahasiswa semester tiga Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan 5 orang asisten dan 1 orang dosen pembimbing. Awalnya direncanakan one person five trees, namun karena semangatnya peserta, akhirnya menjadi one person ten trees. Kegiatan diawali dengan persiapan di kampus kehutanan USU dan berangkat menuju Pangkalan Susu pada jam 7.00 pagi dengan menggunakan dua bus. Lalu menyeberang ke Pulau Sembilan menggunakan tiga boat. Rombongan tersebut di Pulau Sembilan disambut oleh Kepala Desa, Ketua LMD, beserta tokoh masyarakat desa Pulau Sembilan.

Kepala Desa sangat berterima kasih atas dipilihnya desa mereka untuk kegiatan tersebut. Selain berpartisipasi dalam pemulihan hutan mangrove yang telah rusak di desa mereka, Kepala Desa juga berharap tim Kehutanan USU juga bisa berkontribusi dalam mengatasi abrasi pantai yang terus terjadi di pulau mereka. Masyarakat desa kawatir kejadian pulau Tapak Kuda di Tanjung Pura yang hilang akibat abrasi juga menimpa desa mereka.

Dalam tanggapannya, Onrizal menyatakan bahwa selain mampu melindungi pantai dari abrasi, hutan mangrove juga memberikan manfaat yang sangat besar bagi perekonomian baik skala lokal, nasional maupun internasional. Hasil penelitian yang dilakukan Onrizal bersama peneliti lainnya serta dari berbagai publikasi internasional, diketahui bahwa 80% species biota laut (ikan, udang dan kepiting) komersial sangat tergantung pada kawasan mangrove di kawasan Florida, USA, demikian juga 67% jenis hasil tangkapan perikanan di bagian timur Australia, dan hampir 100% udang yang ditangkap pada kawasan ASEAN bergantung pada kawasan mangrove.

Pada skala lokal ditemukan bahwa di Kecamatan Secanggang dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar 56,32% jenis ikan menjadi langka/sulit didapat, dan 35,36% jenis ikan menjadi hilang/tidak pernah lagi tertangkap. Kondisi ini disertai dengan penurunan pendapatan sebesar 33,89%, dimana kelompok yang paling besar terkena dampak adalah nelayan dan sekitar 85,4% masyarakat kesulitan dalam berusaha dan mendapatkan pekerjaan dibandingkan sebelum kerusakan mangrove. Hal ini diduga sangat terkait dengan kerusakan hutan mangrove di Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut yang juga mencakup wilayah Secanggang. Dalam kurun waktu 15 tahun dari tahun 1989 sampai tahun 2004, hutan mangrove primer di kawasan tersebut berkurang sebesar 64,3%. Oleh karena itu, Onrizal menyatakan agar rehabilitasi hutan mangrove harus segera dilakukan secara masif dengan melibatkan masyarakat luas.

Mahasiswa yang ikut kegiatan tersebut, termasuk salah satunya adalah putra Bapak Ir. Supandi Tarigan yang saat ini sebagai Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Langkat, mengatakan sangat gembira bisa terlibat langsung sejak dini ketika mereka baru menjadi mahasiswa kehutanan USU. Kegiatan tim kehutanan USU di Pulau Sembilan berakhir jam 6 sore dan malamnya langsung kembali menuju Medan dan sampai di Kampus USU pukul 22.00 atau jam 10 malam.

No comments:

Post a Comment