29.5.09

KeSEMaTER : Jahitan 20 Kali, Tak Mempan Bagi Kami!

Semarang – KeSEMaTBLOG. Hari ini, (28/05/09), untuk kesekian kalinya, KeSEMaT memasuki ranah surat kabar, lagi. Kali ini, Jawa Pos - RADAR SEMARANG (JP – RS) telah menulis artikel tentang kami, yang berjudul “Lebih Dekat Dengan KeSEMaT, Komunitas Pecinta Mangrove: Ukur Mangrove 2 Meter, Bokong Dapat 20 Jahitan.” Tulisan ini ditulis oleh salah seorang wartawan (JP – RS) bernama M. Rizal Kurniawan (Rizal), yang sebelumnya telah mewawancarai kami di Kantor KeSEMaT, Semarang.

Memang, apabila kita menilik dari judul yang telah dipilih oleh Rizal, kami rasa Anda mungkin tak akan percaya, apakah hal itu benar? Apakah benar bokong KeSEMaTERS pernah “terkena” jahitan sebanyak 20 kali?.

Untuk menjawab hal ini, kami jawab saja bahwa hal itu, memang benar! Kejadiannya, pada saat kami melakukan pengukuran diameter batang pohon mangrove di Karanganyar Semarang (saat menjalankan proyek rehabilitasi mangrove, bekerjasama dengan Yayasan BINTARI Semarang dan FoE Jepang), salah seorang KeSEMaTERS yang mendapatkan tugas untuk melakukan pengukuran diameter batang pohon mangrove di ketinggian lebih dari 2 meter (lihat foto di atas) terjatuh, dan terpaksa harus dijahit sampai dengan 20 kali jahitan.

Segera, setelah KeSEMaTERS bersangkutan terjatuh dan kulitnya terluka karena tergores teritip, kami dan Rekan-rekan KeSEMaTERS lainnya, langsung membawanya ke perahu yang kami sewa untuk menemani kami dalam pengambilan sampling, di hari itu. Hujan deras yang mengguyur Karanganyar di sore itu, sangat menyulitkan kami dalam memobilisasi KeSEMaTERS bersangkutan ke rumah sakit. Namun untunglah, dengan pertolongan dari masyarakat sekitar di Desa Karanganyar, akhirnya kami mendapatkan pertolongan yang layak sampai di rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit, suara teriakan KeSEMaTERS yang bertubi-tubi keluar dari mulut mungilnya, terasa sangat menyayat hati. Kami yang mendampinginya, di luar ruang operasi, tak tahan mendengar penderitaannya dan seolah turut serta merasakan satu demi satu jahitan, ditusukkan ke kulit tubuhnya. Namun untunglah, setelah operasi selesai, dia selamat dan baik-baik, saja. Dengan senyuman tulus yang terasa masih sangat dipaksakan, dia berkata, “Jahitan 20 kali, tak mempan bagi saya! Butuh lebih banyak jahitan lagi, agar semangat saya mulai gentar untuk masuk ke hutan mangrove, lagi.”

Tak hanya peristiwa di atas, sebuah telapak kaki KeMANGTEER, juga pernah dijahit sampai dengan 18 jahitan, karena “tercocok” pecahan kaca-tajam di tahun 2008, silam. Di siang hari yang sangat terik, dengan tujuan yang mulia untuk menyelamatkan ekosistem mangrove di Trimulyo Genuk Semarang, secara berombongan, kami menyelamatkan lima ratusan bibit mangrove. Bibit-bibit mangrove itu, kami tanam di lokasi yang aman dari jamahan oknum yang tidak bertanggungjawab. Tiba-tiba, di saat para KeSEMaTERS dan KeMANGTEER lainnya sedang melakukan penanaman, salah seorang KeMANGTEER menjerit kesakitan. Ketika kami datangi, darah bercucuran dari telapak kaki kanannya. Segera, KeMANGTEER tersebut, kami larikan ke rumah sakit terdekat dan untunglah dia segera mendapatkan pertolongan yang baik.

Ini hanyalah salah dua peristiwa yang terjadi, dari puluhan peristiwa mengenaskan lainnya, selama kurang lebih delapan tahun ini, kami keluar masuk menjelajahi hutan mangrove di seluruh wilayah Indonesia. Sebenarnya, masih ada puluhan peristiwa lain yang telah terjadi, selama perjalanan kami di mangrove, ini. Bila mencermati dua peristiwa di atas ini, Anda mungkin akan tahu bahwa apabila kami bekerja di mangrove, sebuah nyawa kami bisa jadi dipertaruhkan. Bahkan, apabila Dia menghendaki, sebuah nyawa kami-pun, bisa juga tercerabut dari “akarnya.”

Dari 2001 sampai dengan 2009 ini, sudah puluhan KeSEMaTERS yang merasakan ganasnya pecahan karang, teritip, pecahan kaca dan barang berbahaya lainnya, yang tersembunyi di lumpur-lumpur mangrove hitam, tempat kami menjejakkan kaki-kaki kecil, kami. Untuk itulah, sepatu mangrove warna hitam dan putih, yang terbuat dari karet tebal, sudah biasa kami pakai demi mendapatkan perlindungan yang maksimal dan “memitigasi” terjadinya cedera. Bahkan beberapa waktu yang lalu, Rekan kami di Jakarta pernah pula merencanakan pembuatan seragam khusus buat para MANGROVER seperti kami, agar dalam menyelamatkan ekosistem mangrove di pesisir, tubuh kami bisa lebih aman dan terlindungi, lagi.

Kisah-kisah memilukan dan mengenaskan seperti ini, sejatinya sudah puluhan kali kami informasikan di Jaringan KeSEMaTONLINE. Walaupun sudah ada puluhan bekas luka yang tertoreh di tiap bagian tubuh kami, kami tak pernah merasa menyesal apalagi kapok (baca: jera) untuk lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi dan lagi mengadakan kegiatan dan terjun di rumah kedua kami: hutan mangrove. Kami hanya ingin, agar mangrove tak akan pernah disakiti lagi oleh kita, demi kelangsungan hidupnya di masa mendatang.

Kami percaya, bahwa Dia yang Maha Adil, telah banyak mencurahkan pahala-Nya kepada kami untuk setiap batang pohon mangrove yang berhasil kami tumbuhkan. Kami juga percaya bahwa puluhan bekas jahitan dan luka di badan kami, sangatlah tidak sebanding dengan banyaknya pahala kami, di akhirat nanti. Salam MANGROVER!

No comments:

Post a Comment