27.5.09

Para Generasi Mangrove

Semarang – KeSEMaTBLOG. Setelah tiga kali ini memberikan pengajaran mangrove ke SMK di Semarang, kami baru sadar bahwa ternyata antusiasme para pelajar di Semarang untuk mengenal lebih dekat dengan mangrove, cukup besar. Fakta ini, kami dapatkan setelah beberapa kali melakukan wawancara secara langsung kepada para pelajar SMK yang kami datangi langsung ke sekolahnya, masing-masing.

Sebuah road show pengajaran mangrove, yang kami lakukan bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemerintah Kota (PEMKOT) Semarang dan Yayasan BINTARI, telah membantu kami dalam mengumpulkan data tentang antusiasme para pelajar terhadap mangrove, ini.

Setiap kali, sebelum, saat dan setelah pengajaran mangrove kami selesai, maka beberapa siswa dan siswi SMK seringkali mendatangi kami dan bertanya-tanya tentang mangrove. Sebagian dari mereka sangat penasaran dan terlihat “kehausan” ingin meminum pengetahuan mangrove sebanyak-banayaknya dari kami. Bagi kami, hal ini adalah wajar, mengingat keseharian mereka barangkali tak pernah diajarkan mangrove sama sekali. Sehari-hari, adik-adik kami itu lebih banyak menimba ilmu mesin, otomotif, akuntansi, administrasi perkantoran, tata boga, tata busana dan keterampilan kejuruan lainnya, yang memang menjadi mata pelajaran wajib mereka.

Fakta antusiasme mereka kepada mangrove, pada awalnya sempat membuat kami heran. Bukankah biasanya, para generasi muda seperti mereka bersikap ogah-ogahan dengan kerusakan lingkungan di sekitarnya (?). Apalagi, Semarang termasuk kota besar di Indonesia yang biasanya, kawula mudanya tak punya banyak waktu apalagi kepedulian untuk memikirkan permasalahan lingkungan pesisir.

Namun demikian, setelah beberapa kali bertemu dan berdiskusi dengan mereka, kami jadi tahu bahwa pikiran muda mereka yang masih kreatif telah menangkap adanya gejala rob di sekitar sekolah mereka. Kenyataan ini, seolah membuat mereka sadar bahwa sekolah mereka telah dikelilingi oleh pertambakan dan laut tanpa mangrove. Tak adanya mangrove akibat dari reklamasi yang kadang penempatannya tidak sesuai, telah menjadikan sekolah tempat mereka menuntut ilmu, menjadi tidak nyaman. Bayangkan, kalau rob datang, mereka terpaksa belajar dengan genangan air di bawah kursi dan meja-meja kecil mereka.

Untuk memberikan informasi yang lebih banyak lagi tentang mangrove, maka di sela-sela pengajaran mangrove kami, kami sengaja membagikan lima puluh buah fotocopy materi berjudul “Mari Belajar Mangrove” yang kami buat sesuai dengan umur dan kapasitas daya tangkap mereka. Tak hanya itu, di beberapa SMK, kami juga membagikan buku berjudul sama, kepada Bapak/Ibu Guru mereka. Hal ini kami lakukan karena kami tahu bahwa mangrove memang tidak diajarkan di SMK. Kurikulum mangrove, kiranya belum perlu diberlakukan di SMA apalagi SMK, di sebuah negara yang katanya sebagian besar wilayahnya didominasi oleh mangrove, ini.

Dengan materi presentasi dan buku berjudul “Mari Belajar Mangrove” ini, maka kami sangat berharap bahwa mereka bisa sedikit memuaskan rasa dahaganya akan mangrove. Harapan lainnya, buku mangrove sederhana yang kami susun ini, bisa juga dijadikan semacam buku pegangan bagi mereka yang kebanyakan tinggal di pesisir yang tentu saja berhubungan dengan mangrove, di setiap keseharian mereka.

Tak adanya pengetahuan apalagi buku pegangan mangrove yang mempu mengajarkan kepada mereka tentang betapa pentingnya fungsi mangrove bagi mereka, menjadikan mereka tak memiliki kemampuan dalam melakukan pengelolaan mangrove, walaupun setiap hari mereka hidup berdampingan dengan mangrove. Padahal, apabila mereka mengerti bahwa dengan prinsip ATP, yaitu Ambil, Tanam dan Pelihara yang praktek di lapangannya sangat mudah, maka sebuah upaya rehabilitasi mangrove bisa dengan mudah dilakukan.

Sekolah kejuruan yang mengajarkan mangrove memang belum ada. Untuk itulah, beberapa tahun ke depan, tak akan mungkin ada tenaga yang siap pakai untuk mengelola ekosistem mangrove di Indonesia, walaupun sekarang ini, nusantara kita sangat memerlukan tenaga siap pakai dalam rehabilitasi mangrove tersebut, untuk melakukan program-program pengelolaan mangrove di pesisir kita yang kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Semoga saja, sebuah harapan baru agar Indonesia mampu melahirkan para generasi-mangrove di masa mendatang, tak hanya dalam impian saja, namun bisa juga terwujud. Amin. Salam MANGROVER!

No comments:

Post a Comment