13.11.09

Avicennia. Konsumsi, Konservasi dan Ekonomi, Sama Baiknya

Semarang - KeSEMaTBLOG. Bagi yang belum tahu bentuk buah salah satu jenis mangrove yang bernama Avicennia, di samping ini adalah buah-buah Avicennia yang sedang dibibitkan di polybag. Bentuk buahnya bulat pipih, seukuran dengan kacang mede. Sebagai informsi, bentuk buah yang demikian ini, disebut sebagai tipe buah “kriptovivipari,” karena kecambahnya masih berada di dalam kulit buah. Avicennia di masyarakat kita sering disebut sebagai Api-api. Di Demak, salah satu kota yang berada di Jawa Tengah, masyarakat pesisir sana, biasa mengkonsumsinya dengan cara dimasak terlebih dahulu menjadi “urap.” Caranya, buah Api-api direndam hingga hilang kadar racunnya, lalu direbus, dicampuri garam dan bumbu lainnya. Setelah itu, barulah ditaburi dengan parutan kelapa muda. Rasanya asin, manis dan gurih. Lezat sekali!

Bagi yang tak suka mengkonsumsinya, maka Avicennia dengan sistem perakarannya yang rapat, seringkali diikutkan oleh para konservasionis untuk mendampingi Rhizophora dalam merehabilitasi wilayah pesisir. Akar-akar pensil yang mencuat dari atas tanah, terbukti mampu menjebak sedimen dan membuat daratan baru di lahan-lahan terabrasi. Tak hanya ditanam di lokasi abrasi saja, di Tugu Semarang dan Menco Demak, Api-api juga seringkali ditemukan berjajar rapi di pematang pertambakan ikan dan udang. Rupanya, para petani tambak setempat sudah tahu akan faedah Avicennia dalam turut serta menjaga sistem ekologi tambak, yaitu sebagai penyubur tambak dan pencegah tambak berlubang.

Pada saat masih berada di kebun bibit, Avicennia nampak seperti foto di atas. Di dalam puluhan polybag hitam, buah-buah Avicennia nampak mulai tumbuh dan berkecambah. Pembibitannya tidak terlalu sulit, perlakuannya hampir sama dengan jenis mangrove lainnya. Di Rembang, pembibitan Avicennia dilakukan di kebun bibit dengan substrat pasir berlumpur. Penyiraman dilakukan dengan air tawar, dua kali sehari setiap pagi dan sore. Setelah tiga bulan kemudian dan buah Api-api nampak berakar, bibit dipindah ke dalam polybag dan diletakkan di bedeng berkanopi di lokasi pasang surut sampai dengan tiga bulan berikutnya. Setelah itu, untuk mempersiapkan penanaman, sebulan sebelumnya, kanopi dibuka terlebih dahulu untuk memberikan kesempatan bibit Api-api beradaptasi dengan lingkungannya.

Bibit Api-api, secara ekonomi juga menguntungkan bagi masyarakat pesisir. Bibit Api-api yang dijual (lelang) hingga harga Rp. 1500,- mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir di Pulau Jawa. Di Rembang dan hampir sebagian besar wilayah pesisir di pantai Utara Jawa, saat ini bermunculan para kelompok tani yang mengusahakan pembibitan mangrove, tak terkecuali KeSEMaT, yang memiliki kebun persemaian bibit mangrove di Desa Teluk Awur, Jepara. Pada umumnya, mereka melayani pesanan dari para pelaksana program rehabilitasi mangrove di berbagai wilayah di Indonesia. Dari semua fakta ini, terbukti bahwa digunakan untuk keperluan konsumsi, konservasi dan ekonomi, Api-api memiliki fungsi yang sama baiknya. Subhanallah. Salam MANGROVER!

No comments:

Post a Comment