24.3.07

Dicari, Pers untuk Kegiatan-kegiatan Mangrove

Semarang - KeSEMaTBLOG. Foto di samping ini adalah foto yang diambil pada saat Mangrove Cultivation (MC) 2007 KeSEMaT, 26 – 28 Januari 2007. Lebih dari 50 orang mahasiswa se-Jawa Tengah, ikut andil bagian dalam kegiatan yang dilaksanakan selama tiga hari di belakang kampus Ilmu Kelautan UNDIP Teluk Awur Jepara. Tujuan MC sangat mulia, yaitu untuk memberikan penyuluhan akan arti pentingnya ekosistem mangrove kepada masyarakat sekitar dan peserta yang hadir. Selain itu, MC juga membibitkan benih mangrove, yang akan ditanam tiga bulan kemudian di pesisir Teluk Awur, untuk menyelamatkan pantai ini dari abrasi yang semakin mengganas.

Setelah MC selesai, para mahasiswa pecinta mangrove (baca: mangrover) itu melanjutkannya dengan program KGTA I, yaitu suatu program pengecekan dan penyulaman bibit mangrove yang mati. Tiga bulan kemudian, mereka mengadakan lagi sebuah acara besar bertajuk Mangrove REpLaNT (MR) 2007 yaitu acara penyuluhan dan penanaman bibit mangrove, yang telah dibibitkan pada waktu MC. Belum selesai, setelah MR, mangrover melanjutkannya dengan KGTA II untuk memastikan bahwa bibit mangrove yang ditanam tak ada yang rusak/mati. Tak heran, apabila kelulushidupan mangrove yang ditanam di Teluk Awur, mencapai lebih dari 90%.

Namun sayang seribu sayang. Kegiatan mulia dan hasil kerja maksimal mereka masih jauh sekali dari publikasi. Walaupun ada satu dua media lokal yang mempublikasikannya, namun tak jarang media yang lain enggan memberitakannya. Padahal mereka selalu mengadakan kegiatan-kegiatan mangrove ini setiap tahun, tak terputus dari tahun 2001 sampai dengan sekarang.

Satu dua kali, mangrover mencoba untuk mengundang wartawan dan meminta kesediaan mereka untuk bisa meliput, namun hasilnya tidak memuaskan. Lalu, apa alasan pers tak banyak yang “memperhatikan” mereka? Salah satu alasan, karena akses menuju Teluk Awur Jepara sangatlah jauh, lagipula itu bukan area liputan mereka. Alasan lain, karena format acaranya hanya ditujukan untuk lingkungan, jadi dianggap kurang menarik untuk diberitakan.

Bandingkan dengan kegiatan-kegiatan serupa yang dilakukan oleh petinggi-petinggi negeri ini. Dimanapun diadakan, pasti para kuli tinta itu berbondong-bondong menghampiri dan mempublikasikannya. Tak peduli bagaimana hasil penanaman mangrovenya, yang penting sudah berhasil mengabadikan kegiatan petinggi-petinggi negeri, itu sudah cukup.

Sayang sekali memang. Padahal hasil kerja mangrover sudah sangat bagus, yang apabila dipublikasikan bisa menjadi sumber inspirasi dan menyemangati komunitas pemuda-pemuda lainnya dan masyarakat umum, untuk selalu berjuang menyelamatkan ekosistem mangrove Indonesia yang semakin hari keadaannya semakin memprihatinkan.

Semoga saja di lain hari, pers bisa mendukung komunitas mangrover ini. Kita tunggu saja.

No comments:

Post a Comment