2.2.10

Tragis, di Hari Lahan Basah Sedunia, “Jurang” Trimulyo Masih Dalam!

Semarang – KeSEMaTBLOG. Dua tahun yang lalu, yaitu di tahun 2008, kami telah mempublikasikan sebuah artikel mengenai Jurang Trimulyo (JT) di Jaringan KeSEMaTONLINE, yaitu “Gila, Ini Abrasi Atau Jurang?” (foto kiri). Lalu, di tahun berikutnya, yaitu 2009, kami juga kembali mempublikasikan reportase mengenai kondisi terbaru JT di pesisir Trimuyo, sesaat sebelum melakukan program rehabilitasi mangrove kami di pesisir Trimulyo yang bertajuk Mangrove Restoration (MANGRES) 2009 (foto tengah).

Lalu, di tahun 2010 ini, kami kembali mencoba untuk menginformasikan kondisi terkini JT Trimulyo, tersebut (foto kanan) untuk memperingati Hari Lahan Basah Sedunia yang jatuh pada hari ini (2 Februari 2010) untuk meningkatkan rasa kepedulian kita terhadap ekosistem lahan basah, terutama mangrove.

Dan, bagimana hasil dari JT-JT itu sekarang? Hasilnya bisa Anda saksikan sendiri di gabungan tiga buah foto, di atas, ini. Cermatilah, dari tahun 2008, 2009 sampai dengan 2010 ini, menurut Anda, apakah JT masih sama ataukah sudah berubah? Tentu saja, walaupun sudah berubah warna menjadi hijau, namun secara “kualitas,” si JT memang masih sama saja. JT itu masih terjal dan dalam! Daratan pesisir Trimulyo yang setiap pasang terjadi, selalu saja tergerus oleh gelombang pasang, mau tidak mau telah menyebabkan semakin terjalnya JT. Sejarah keterjalan JT ini, kami yakin Anda sudah mengetahuinya. Hal ini, tidak lain dan tidak bukan adalah karena dipicu dari pembukaan lahan tambak yang begitu menggila hingga menghabiskan ekosistem mangrove sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Lalu, tak adanya mangrove ini, maka telah menyebabkan gelombang secara bebas menerjang daratan hingga membuat JT-JT semakin terjal.

Selanjutnya, apabila Anda adalah peminat Jaringan KeSEMaTONLINE, maka informasi mengenai ketidakproduktifan tambak-tambak itu, tentu saja juga sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Memang, saat ini, pesisir Trimulyo begitu merana, karena puluhan hektar tambak yang sudah tidak produktif lagi ini, mulai ditinggalkan oleh sebagian besar petambaknya. Hasilnya, tambak-tambak tersebut terlantar tanpa tahu bagaimana nasibnya ke depan.

Namun, untunglah, di depan JT, kini mulai banyak tumbuh bibit-bibit mangrove hasil inisiasi penanaman dari warga setempat yang mendapatkan sokongan sepenuhnya dari KeSEMaT dan beberapa dinas terkait, seperti Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan Semarang dan beberapa instansi lainnya. Walaupun masih berumur tak lebih dari sepuluh tahun dengan ketinggian rata-rata 3 meter, semoga saja dalam beberapa tahun ke depan, JT-JT ini bisa terlindungi dengan keberadaan bibit-bibit mangrove yang tumbuh besar yang terletak di depan mereka. Amin. Semangat MANGROVER!

No comments:

Post a Comment