Selain KeSEMaT, FGD juga menghadirkan sejumlah panelis dari Marine Diving Club, SeaCrest, Lautika, dan BEM FPIK UNDIP.
Forum ini mempertemukan mahasiswa, komunitas, dan masyarakat pesisir untuk membicarakan kondisi aktual ekosistem mangrove serta arah masa depan maritim Indonesia.
Dalam pemaparannya, Presiden menegaskan bahwa mangrove merupakan benteng alami pesisir yang mampu mereduksi energi gelombang hingga lebih dari 70%, melindungi garis pantai dari abrasi, sekaligus menjadi habitat penting bagi biota perikanan.
"Mangrove dipandang sebagai nature-based solution untuk adaptasi perubahan iklim, sekaligus penyimpan karbon biru atau blue carbon yang tiga hingga lima kali lebih tinggi dibandingkan hutan daratan," terang Presiden.
Selain fungsi ekologis, Presiden juga menekankan peran mangrove dalam menopang ekonomi pesisir melalui aktivitas nelayan, budidaya tambak, ekowisata, hingga pengembangan ekonomi kreatif berbasis mangrove.
“Prinsip utama dalam memberdayakan masyarakat adalah melakukan sinergitas antara kita dengan masyarakat setempat,” jelas Sdr. Faris. "Sampai dengan saat ini, KeSEMaT sudah memiliki tiga warga binaan di Semarang, yaitu Srikandi Pantura, Bina Citra Karya Wanita, dan Arjuna Berdikari yang masing-masing mengolah produk olahan mangrove jajanan, batik, dan kopi untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di pesisir Mangunharjo, Semarang," lanjutnya.
Isu strategis yang dibahas dalam forum meliputi alih fungsi lahan pesisir, pencemaran lingkungan, minimnya kesadaran masyarakat, serta kurangnya integrasi ekosistem mangrove dalam kebijakan pembangunan.
Para panelis sepakat bahwa mahasiswa harus hadir sebagai representasi isu mangrove, penyaji data lapangan, pemberi rekomendasi berbasis riset, serta penghubung masyarakat dengan pemangku kepentingan.
Sebagai tindak lanjut, FGD merekomendasikan tiga strategi utama, yaitu menempatkan mangrove dalam perencanaan adaptasi perubahan iklim, membangun kolaborasi mahasiswa–masyarakat–pemerintah dalam rehabilitasi, serta mengembangkan sistem monitoring berbasis teknologi, seperti penggunaan drone, citra satelit, dan aplikasi seperti platform Mangrove Tag yang dikembangkan oleh IKAMaT.
Dengan demikian, kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa kelautan UNDIP untuk menyuarakan isu global karbon biru sekaligus mendorong inovasi riset, pemberdayaan masyarakat, dan penguatan peran mangrove sebagai ikon sustainable coastal development di Indonesia. (MFR/CG/ADM).

No comments:
Post a Comment