19.9.25

KeSEMaT Lakukan Geotagging dalam Proyek Pemantauan Mangrove IKAMaT di Demak

Demak - KeSEMaTBLOG. KeSEMaT yang diwakili oleh Sdr. Dzaki Muzhaffar Aditya (staf MENKOMSI), Samsul Ma’arif (staf MENWIRA), dan Rifky Hermawan (staf MENWEBNET) sukses mengikuti Proyek Pemantauan Mangrove IKAMaT dengan Geotagging yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari berbagai universitas di Kota Semarang, di antaranya Universitas Diponegoro dan UIN Walisongo untuk belajar langsung di bidang konservasi mangrove. Acara pembukaan ini dilaksanakan di pesisir Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. (15-31/7/2025).
 
Pada tahap awal, peserta diberi orientasi mengenai tujuan kegiatan, agenda yang akan dilakukan, serta pemahaman dasar tentang pentingnya konservasi mangrove sebagai upaya menjaga ekosistem pesisir.

Kegiatan yang digelar dari pagi hingga sore hari ini berlangsung dengan antusiasme tinggi. KeSEMaTER melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mengenali ekosistem mangrove, termasuk diberikan penjelasan mengenai jenis-jenis mangrove, fungsi ekologisnya, serta ancaman-ancaman yang sering terjadi. Aktivitas pengenalan ini bertujuan agar peserta memahami konteks konservasi dan peran krusial mangrove dalam keberlanjutan lingkungan pesisir.

Setelah memperoleh pemahaman ekologi dasar, IKAMaT memberikan pelatihan teknis berupa tagging bibit mangrove. Metode ini meliputi pengambilan foto dan pencatatan koordinat bibit menggunakan aplikasi dengan pengambilan data foto menghadap utara sesuai arah kompas yang tertera pada aplikasi. Sebelum praktik lapangan, dilakukan simulasi pencatatan agar peserta dapat menggunakan aplikasi untuk menghasilkan data yang seduai dengan apa yang dibutuhkan dan dapat memahami prosedur yang benar.

Tahapan selanjutnya adalah implementasi tagging secara langsung di lokasi kegiatan. Sebanyak 18.001 bibit mangrove berhasil di-tagging selama sembilan hari.

"Kegiatannya yaitu mengambil data dengan aplikasi, dengan hasil berupa foto bibit mangrove, titik koordinat lokasi, serta data pertumbuhan," kata Sdr. Rifky. "Ketentuannya adalah foto bibit diambil menggunakan kompas dengan arah hadap ke utara agar data yang dikumpulkan konsisten dan mudah dianalisis," lanjutnya.

Informasi tambahan seperti tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, hingga tingkat keberhasilan hidup juga dicatat secara rinci. Aktivitas ini memperkuat pemahaman bahwa tagging bukan hanya pendataan, tetapi juga instrumen penting untuk riset konservasi dan strategi rehabilitasi jangka panjang. 

"Selain kegiatan teknis, kami juga mengikuti edukasi dan diskusi bersama masyarakat pesisir. Diskusi ini membahas manfaat ekologis dan ekonomis dari hutan mangrove. Fasilitator dari IKAMaT menjelaskan bahwa akar mangrove mampu menahan abrasi, daunnya menyerap karbon, dan rimbunnya menyediakan habitat bagi biota laut," terang Sdr. Samsul. "Melalui dialog ini, tumbuh kesadaran bersama bahwa mangrove bukan hanya milik generasi sekarang, melainkan juga warisan berharga bagi generasi mendatang," terangnya lebih lanjut.

Rangkaian kegiatan ditutup dengan sesi refleksi dan evaluasi di mana para peserta membagikan pengalaman, kendala, dan pelajaran yang diperoleh. Hasil evaluasi menjadi dasar perbaikan metode dan penguatan strategi konservasi ke depan. Kegiatan ini tidak hanya menghasilkan penandaan ribuan bibit mangrove, tetapi juga menanamkan harapan dan komitmen baru di kalangan generasi muda dan masyarakat setempat.

Sebagai penutup, IKAMaT menyatakan harapan agar program serupa dapat terus diadakan di berbagai kawasan pesisir Indonesia. Kolaborasi antara mahasiswa, organisasi, dan masyarakat terbukti memberikan dampak nyata dalam pelestarian lingkungan.

"KeSEMaT akan terus mendukung proyek-proyek mangrove IKAMaT," jelas Sdr. Dzaki. "Dengan semangat kebersamaan, upaya pelestarian mangrove diharapkan berkembang menjadi gerakan kolektif yang melindungi masa depan bangsa dan keberlanjutan ekosistem pesisir," pungkasnya. (DMA/CG/AP/ADM).

No comments:

Post a Comment