Satu hal yang sangat menonjol dari keberadaan KeSEMaT adalah kehadirannya yang kiranya sangat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, setelah KeSEMaT lahir, Teluk Awur Jepara yang dulu pesisir pantainya gersang dan gundul, kini menjadi hijau dan lebat-kembali berkat tangan dingin KeSEMaT menerapkan tiga buah program konservasi dan pendidikan mangrovenya. Ketiga program tersebut adalah Mangrove Cultivation (MC), Mangrove REpLaNT (MR) dan KeSEMaT Goes To Arboretum (KGTA).
Tak hanya itu, bahkan KeSEMaT telah pula membangun sebuah pusat pendidikan mangrove-nya yang disebut dengan Mangrove Education Center of KeSEMaT (MECoK) untuk mendidik masyarakat sekitar akan pentingnya ekosistem mangrove bagi kehidupan, mereka. Atas hasil kerja keras dan pengabdiannya itu, maka Gubernur Jawa Tengah, menganugerahkan kepada KeSEMaT, sebuah penghargaan lingkungan bergengsi, ADI BHAKTI 2007 untuk kategori Insan Peduli Lingkungan.
Selanjutnya, di Semarang. KeSEMaT juga sangat intensif mengkampanyekan ekosistem mangrove di pesisir Semarang dari kawasan Genuk sampai dengan Kendal. Seperti di Jepara, tiga buah program konservasi dan pendidikan mangrove KeSEMaT, telah berhasil diimplementasikan, yaitu KeSEMaT Goes To School (KGTS), Mangrove Restoration (MANGRES) dan Mangrove Conservation (MANGCON). Program-program mangrove ini, telah mampu memberikan pengetahuan mangrove bagi masyarakat khususnya pelajar SD - SMA pesisir dan menyelamatkan kawasan pesisir Trimulyo dari abrasi akibat reklamasi dan tambak-tambak tak produktif.
Sedikit menengok ke belakang, KeSEMaT sendiri pada awal perkembangannya bukanlah merupakan kelompok studi seperti sekarang. KeSEMaT hanyalah kumpulan tak berbentuk, yang dipelopori oleh seorang mahasiswa Ilmu Kelautan UNDIP Angkatan 2008, bernama Riyono. Ajakan Riyono untuk mencoba mengadakan identifikasi mangrove atas inisiasi dosennya bernama Dr. Rudhi Pribadi, di Desa Semat Jepara, segera disambut oleh rekan-rekannya, seperti Robby Nurcahyadi, Weka Mahardi, Suradji Bramantyas, Agung Faiz Darmawan, Syaifudin, Aris Priyono dan Ari Bangun Sutaji.
Selanjutnya, ternyata “proyek” identifikasi ini, mendapatkan sambutan luar biasa dari para mahasiswa Ilmu Kelautan Angkatan 1999, yang pada waktu itu tinggal dan kuliah di Asrama dan Kampus Ilmu Kelautan Teluk Awur, Jepara. Kegiatan identifikasi jenis mangrove-pun seringkali dilakukan di setiap sore di Desa Semat. Setelah berkunjung ke Semat, pada malam harinya, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi dan presentasi tentang jenis mangrove yang ditemukan.
Beberapa bulan kegiatan ini terus berlangsung. Namun sayang, Riyono, Suradji dan Syaifudin mengundurkan diri. Melihat perkembangan yang ada, yaitu semakin banyaknya respon positif dari rekan-rekan mahasiswa, pada akhirnya personel tersisa, bersepakat untuk segera memproklamirkan berdirinya sebuah kumpulan resmi dengan bentuk kelompok studi.
Pada tanggal 9 Oktober 2001, tepat pukul 21.27 WIB, di kamar C.50, diadakan rapat tertutup untuk merumuskan visi misi, maksud dan tujuan, AD/ART dan nama organisasi. Dalam rapat itu, banyak nama yang diusulkan, antara lain INDOMANGROVE, UKSEM, MANGROVE, K’SEMAT, dan nama lainnya sebelum akhirnya ditetapkan sebagai KeSEMaT, dengan penulisan unik, yaitu huruf E dan A di awal dan akhir ditulis dengan huruf kecil. Penetapan nama ini, selain alasan ketepatan singkatan, yaitu Kelompok Studi Ekosistem Mangrove (KeSEMaT), juga untuk menghormati Desa Semat sebagai salah satu area dimana pertama kalinya kegiatan mangrove dilaksanakan oleh kumpulan, ini. Dalam rapat itu, dipilih juga Presiden dan Sekretaris KeSEMaT yang pertama, yaitu Agung Faiz Darmawan dan Aris Priyono.
Adapun tokoh-tokoh proklamator KeSEMaT sebagai organisasi-resmi berbentuk kelompok studi, yaitu Aris Priyono, Agung Faiz Darmawan, Ari Bangun Sutaji, Azka Syariza Assaad, Robby Nurcahyadi, Weka Mahardi, Ragil Juniarto, Vidi Bahtiar dan Muchtar Habibi. Dengan mendapat dorongan sepenuhnya dari beberapa rekan lainnya seperti Wingking Era dan Sukaimah, maka lengkaplah formasi awal kepengurusan KeSEMaT.
Setelah me-launching berdirinya KeSEMaT di hadapan 30-an mahasiswa Ilmu Kelautan UNDIP di Asrama A, KeSEMaT segera melakukan program-program mangrove-nya pertama seperti KeSEMaThursday, yaitu sebuah ajang diskusi dan presentasi tentang mangrove yang dilaksanakan setiap Kamis malam. Program ini, masih berlangsung sampai dengan sekarang dan digunakan oleh KeSEMaT sebagai sarana kampanye mangrovenya bagi mahasiswa dan masyarakat di Teluk Awur, Jepara.
Sejatinya, semenjak berdiri 9 Oktober 2001 sampai dengan sekarang (9 Oktober 2008), dalam melaksanakan beraneka program konservasi, penelitian, pendidikan dan dokumentasi mangrovenya, KeSEMaT banyak sekali menemui hambatan, tantangan, dan rintangan. Namun, syukurlah setelah tujuh generasi pemerintahan, KeSEMaT mampu mengatasinya bahkan bisa membuktikan kepada khalayak sebagai sebuah organisasi yang semakin hari semakin dewasa dan matang, seperti sekarang.
Selamat Ulang Tahun Ketujuh, KeSEMaT. Semoga semakin banyak lagi masyarakat dan lingkungan pesisir yang bisa kau bantu, seiring dengan bertambahnya usiamu. Mari bersama, selamatkan ekosistem mangrove kita, SEKARANG!
No comments:
Post a Comment