Semarang – KeSEMaTBLOG. Mangrove Ujung Piring Jepara, dijarah! Memang demikianlah adanya. Hal ini kami buktikan sendiri, pada saat kami berniat mengkoleksi beberapa buah mangrove, untuk kami bibitkan di MECoK Teluk Awur Jepara, dalam program mangrove tahunan kami, bertajuk MANGROVE CULTIVATION (MC) 2010. Pada saat kami memasuki sebuah titik di kawasan mangrovenya, kami tak menyangka bahwa tegakan Rhizophora yang dari luar nampak kokoh dan lebat, ternyata “bolong” di tengahnya. Lihatlah foto di samping ini, salah seorang KeSEMaTER tengah menunjukkan tempat “bolongnya”mangrove yang sama sekali tak nampak dari luar!
Entah untuk tujuan apa, batang-batang mangrove di kawasan ini telah ditebangi. Namun demikian, hipotesa kami, batang Rhizophora ditebang untuk keperluan kayu bakar dan atau keperluan lainnya. “Konsep” penebangan mangrove, yang dilakukan oleh oknum tertentu ini, terbilang cerdik. Mengapa demikian? Hal ini karena sang Oknum tidak serta merta menebang mangrove di bagian pinggir pantai, melainkan agak ke dalam ke arah daratan vegetasi bagian dalam, untuk mengelabui mata kita.
Kami tahu, bahwa dalam berbagai kesempatan, sebenarnya pemerintah Kabupaten Jepara sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi tingkat kerusakan ekosistem mangrove dengan program penanaman mangrove dan berbagai program dan proyek penyadaran masyarakat lainnya, dengan tujuan untuk meminta masyarakat agar turut serta bekerja secara bersama-sama dalam melakukan upaya rehabilitasi mangrove di Jepara. Namun demikian, kiranya Ujung Piring patut menjadi perhatian khusus, mengingat tak hanya penebangan mangrove saja yang terjadi di kawasan ini, melainkan juga pengalihfungsian Sentigi (Pemphis acidula), salah satu spesies mangrove, untuk bonsai sebagai produk komersil.
No comments:
Post a Comment