Semarang – KeSEMaTBLOG. Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup 2014, KeSEMaT diundang untuk mengikuti Seminar Regional yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Semarang, pada hari Selasa, 24 Juni 2014. Acara ini dihadiri oleh BLH Kota Semarang, BLH Provinsi Jawa Tengah, SKPD terkait di lingkungan Pemerintah Kota Semarang, Dinas Perikanan dan Kelautan, Bappeda Kab/Kota di wilayah Pantai Utara Jawa Tengah, LSM/Warga Masyarakat/ Kelompok Pecinta Lingkungan/Saka Kalpataru, serta Universitas/Perguruan Tinggi, dengan tema : “Satukan Langkah Lindungi Ekosistem Pesisir dari Dampak Perubahan Iklim“.
Seminar ini dilaksanakan di Ruang Lokakrida Gedung Mr. Moch. Ichsan Lantai 8, Jl. Pemuda 148 Semarang.
Dalam kegiatan ini, peserta diajak untuk berdiskusi tentang organisasi dan elemen masyarakat secara luas dengan institusi pemerintahan dalam pengelolaaan wilayah pesisir di wilayah Pantura (Pantai Utara) Jawa Tengah.
Sepanjang Pantura Jawa terdapat ekosistem yang saling mempengaruhi keberadaannya, yaitu mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang. Ketiga ekosistem ini dan ekosistem lainnya, melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, diamanatkan untuk dilindungi dan dikelola secara terpadu.
Namun apa jadinya, jika ketiga ekosistem itu rusak yang disebabkan oleh beberapa sumber dari darat yang berupa sedimentasi dan pencemaran sungai, dan dari laut berupa gelombang yang besar dan pencemaran air laut. Pencemaran dan kerusakan ekosistem tidak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungan yang akhir-akhir ini berubah tanpa bisa diprediksi.
Sebagai contoh wilayah pesisir pantai kota Semarang, dengan segala kompleksitas fenomena didalamnya, terutama mengenai abrasi, telah menggugah perhatian publik untuk berupaya bersama-sama menyelamatkannya, namun demikian belum ada perhatian secara optimal dari para pelaku kepentingan untuk menangani permasalahan ini.
Drs. Bambang Pramudiyanto, MSi (PPLH, PPNS, Widyaiswara/Trainer KLH) menyampaikan perlu adanya kegiatan nyata dalam mengelola wilayah pesisir secara terpadu, untuk menggali potensi sumberdaya pesisir dan laut dan menangani permasalahan wilayah pesisir yang disebabkan pemanasan global dan dampak perubahan iklim.
Kemudian, perlu juga dilakukan pengembangan perkotaan wilayah pesisir yang berwawasan lingkungan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam hal ini dilakukan secara bertahap, tidak bisa langsung, jadi menurut (pakar penataan kota) Prof. Ir. Eko Budiharjo, MSc, salah satu upaya yang harus dikembangkan dalam ekosistem adalah mangove.
"Dalam penanaman mangrove, ada hal-hal yang perlu dikaji, diantaranya Autekologi (ilmu yang mempelajari habitat), Hidrologi (pengaruh pasang surut), sejarah perubahan, dan pemetaan pihak-pihak sebelumnya agar dalam pelestarian mangrove tidak sia-sia,” jelas Jajang A Sonjaya (LSM Blue Forest).
Hasil keluaran dari seminar ini, yaitu semoga dapat tercipta penanganan dampak lingkungan secara terpadu dan berkesinambungan di masa mendatang. Amin. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment