Saat penyuluhan, banyak pertanyaan yang diajukan kepada KeSEMaT mengenai jenis-jenis mangrove, cara pembibitan, cara penanaman, cara mengatasi hama mangrove, dan pemanfaatan mangrove selain untuk mencegah pantai dari abrasi.
Dari acara ini, saya menyimpulkan bahwa masyarakat pesisir Bedono, sebenarnya sudah tahu banyak tentang mangrove. Namun demikian, mereka perlu lebih banyak diberikan penyuluhan, karena secara teori, mereka masih belum mengerti tentang jenis-jenis dan pemanfaatan mangrove untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Selesai acara, saya sempat berbincang dan berdiskusi dengan penduduk setempat. Saya menanyakan mengenai penyebab rusaknya ekosistem mangrove di desa tersebut. Memang, Bedono adalah sebuah desa yang sebagian besar mangrovenya sudah terkonversi menjadi tambak-tambak ikan dan udang. Akibat konversi ini, saat pasang, beberapa jalan bahkan makam (terpaksa) terendam air, karena tak ada lagi mangrove sebagai penghalang laju air. Saya sedih melihat pemandangan seperti itu.
Andaikan saja konversi lahan (dulunya) ditata lebih terencana dan bijak, mungkin tidak akan seperti ini. Tapi mesti bagaimana lagi?
Untunglah, beberapa LSM dan masyarakat setempat mulai tergerak hatinya untuk membenahi desanya. Mereka mulai merintis penanaman mangrove di tepian tambak untuk menyeimbangkan jumlah tambak dengan mangrove. Saya lihat, Rhizophora spp mulai tumbuh satu dua buah di sekeliling tambak.
Walaupun masih tahap awal, setidaknya ini pertanda baik. Semoga saja di masa mendatang, keseimbangan alam di Desa Bedono yang indah ini, bisa terjaga dengan baik. Amin. (Oleh : IKAMaT).
No comments:
Post a Comment