Semarang – KeSEMaTBLOG. Gambar di samping ini adalah foto yang diambil oleh salah seorang KeSEMaTER, yaitu Sdr. Arief Marsudi Harjo, pada saat melakukan survei mangrove di pedalaman hutan mangrove Kumai, Kalimantan Tengah atas permintaan kerjasama dari Yayasan Borneo Lestari. Survei dilakukan pada bulan Desember 2009 dengan cara menyusuri berbagai lokasi diantaranya di Tanjung Api-api, Teluk Pengarangan, Sungai Jigentel, Sungai Bakau, Teluk Bogam, Tanjung Penghujan, Tanjung Keluang, Tanjung Pandang, Sungai Benipah dan Sungai Lamun. Tujuan dari survei ini adalah untuk mengidentifikasi keanekaragaman hayati hutan mangrove yang terdapat di pesisir Kumai, sekaligus menangkap peluang pengembangan konservasinya demi pelestariannya di masa mendatang.
Survei ini, menghasilkan beragam informasi dan cerita menarik, yang salah satunya adalah ditemukannya puluhan jenis spesies mangrove, seperti Bruguiera, Xylocarpus, Rhizophora dan Nypa. Masing-masing dari spesies mangrove ini, memiliki ciri khas dan tampilan yang khas, terutama dari bentuk akarnya. Akar dari keempat jenis mangrove ini, berhasil kami dokumentasikan dengan baik, yang bisa Anda saksikan pada gambar di atas.
Cermatilah gambar di atas dengan cara melihatnya searah jarum jam. Terdapat empat buah foto sistem perakaran mangrove, yaitu foto (1) Bruguiera dengan akar lututnya, (2) Xylocarpus dengan akar papannya, (3) Rhizophora dengan akar tunjangnya dan (4) Nypa dengan tidak ada akar udaranya. Foto keempat jenis akar mangrove ini, bagi sebagian dari kita yang tinggal di Jawa, apalagi beberapa rekan dan mitra kerja kami yang telah seringkali menyusuri daerah pesisir di Semarang dan sekitarnya, mungkin adalah pengetahuan baru, mengingat tak pernah sekalipun mereka melihat akar-akar mangrove “yang besar” seperti ini, di sebagian besar wilayah kerja kami.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa di hampir sebagian besar wilayah pesisir Jawa, ekosistem mangrove yang ada hanyalah berupa vegetasi saja yang tumbuh kembangnya adalah hasil dari penanaman kembali oleh sekelompok masyarakat, LSM, swasta dan dinas lingkungan yang masih memiliki kepedulian terhadap pelestarian ekosistem ini. Untuk itulah, tidak heran apabila di Jawa, hampir tidak bisa ditemukan akar-akar mangrove yang bisa tumbuh besar, seperti gambar di atas.
Selanjutnya, bagi masyarakat umum, mungkin akar Rhizophora adalah akar mangrove yang paling sering dilihat di wilayah pesisir, karena semenjak umur kurang lebih satu tahun, Rhizophora sudah bisa memperlihatkan akar tunjangnya yang bagaikan lengan gurita atau cakar ayam sehingga kita mudah sekali mengenalinya. Namun, untuk kedua jenis mangrove lainnya, yaitu Bruguiera dan Xylocarpus, walaupun sering juga ditemukan di Jawa, namun untuk bisa melihat akarnya adalah hal yang sulit dilakukan, karena akar-akar mereka ini baru akan “terdeteksi” sebagai akar lutut dan akar papan, setelah kedua jenis mangrove ini tumbuh beberapa tahun hingga menjadi pohon dewasa, seperti yang Anda lihat pada foto (2) dan (3).
Sedikit menginformasikan, bahwa untuk akar Bruguiera, penyebutan akarnya sebagai akar lutut, memang sangat sesuai dengan namanya, dimana akar Bruguiera memang bertekuk-tekuk seperti lutut manusia. Kemudian, untuk akar papan pada Xylocarpus, bentuknya memang pipih seperti papan-pipih yang ditancapkan ke permukaan tanah. Khusus untuk Nypa, karena tidak memperlihatkan akar udara, maka keberadaannya seringkali tidak diidentifikasikan sebagai mangrove padahal dia ini merupakan komponen utama mangrove, yang seringkali ditemukan di tepian sungai dan membentuk tegakan murni, sebagai salah satu syarat utama penggolongan mangrove. Demikian, foto dan informasi mengenai akar-akar mangrove yang unik. Semoga saja, bisa menambah kecintaan dan kepedulian Anda terhadap ekosistem mangrove kita, ini. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment