Dumai – KeSEMaTBLOG. Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 24 Januari 2010, salah seorang KeSEMaTER, yaitu Sdr. Faradhian Fahmi (IKAMaT), sempat melakukan kunjungan kerja ke Dumai, Riau. Selain kapasitasnya sebagai salah satu Koordinator Wilayah Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan Indonesia (HIMITEKINDO), kunjungan Sdr. Fahmi ke Dumai ini, adalah juga dalam rangka kunjungan dan studi banding ke hutan mangrove di sebuah wilayah di Dumai. Berikut ini adalah laporan pandangan mata salah seorang Alumni KeSEMaT, tersebut. Selamat menikmati.
Pada tanggal 24 Januari 2010 yang lalu, kami ditemani oleh Rekan-rekan kami dari Belukap Mangrove Club (BMC), yaitu sebuah organisasi pecinta mangrove Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Riau (UNRI), yang diwakili oleh Sdr. Fahriansyah, Sdri. Nova Fitri S., dan Sdri. Neneng Purwanti, berangkat menuju ke Kelurahan Pangkalan, Dumai. Perjalanan dari Pekanbaru menuju Dumai memakan waktu kurang lebih 5 jam. Sesampainya di Dumai, kami langsung disambut oleh Sdr. Syahrial (Ketua BMC) dan Rekan-rekan dari LSM Pecinta Alam Bahari (PAB) yang diwakili oleh Bapak Darwis Mohd. Saleh (Ketua PAB), Bapak Daniel dan Bapak Fendi, yang masing-masing adalah sekretaris dan koordinator budidaya.
Kami segera diajak berkeliling hutan mangrove Bandar Bakau yang merupakan pusat informasi mangrove di Dumai. Konsep pengelolaan mangrove di sini, lebih cenderung diarahkan kepada konsep Mangrove Education Center seperti MECOK di Teluk Awur Jepara. Sungguh menakjubkan, dengan dana swadaya, para penggiat PAB berhasil membangun gubuk-gubuk dan tempat duduk di beberapa tempat di dalam hutan mangrove.
Selanjutnya, mereka juga mencoba bereksperimen untuk membibitkan berbagai spesies mangrove yang memang agak susah dibibitkan, contohnya Sonneratia sp, Nypa fruticans, Lumnitzera sp, dan lain-lain. Tak hanya itu, mereka juga sudah melakukan registrasi atau pencatatan pada setiap penanaman, sehingga setiap pohon masing-masing memiliki data siapa yang menanamnya. Pencatatan ini, dimulai sejak tahun 1997 dengan pencatatan secara manual. Namun, mulai tahun 2007, registrasi sudah mempergunakan komputer. Selain melakukan pengelolaan dan pembibitan, PAB juga melakukan budidaya Kerang Simping (Lokan) hasil kerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, setempat.
Sebagai informasi, ada “oleh-oleh” menarik dari Dumai, dimana ujung akar Rhizophora apiculata, digunakan untuk mengobati bisa gigitan ular. Caranya adalah dengan mengunyah ujung akarnya, lalu diusapkan di tempat luka, bekas gigitan ular. Zat yang terkandung di dalam akar Rhizophora, dipercaya berfungsi untuk mengeluarkan dan atau menyerap bisa ular. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment