Selain diduga karena salinitas yang tinggi, teknik penanaman yang salah dan kuatnya gelombang yang menghantam, pencemaran sampah juga diduga menjadi salah satu penyebab kematian bibit-bibit Rhizophora, tersebut. Memang, terkadang proyek-proyek penanaman mangrove yang hanya berorientasi pada aspek “kuantitas” saja, tanpa mempedulikan segi “kualitas”, seringkali gagal.
Kegiatan penanaman mangrove seyogyanya tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, tanpa melakukan persiapan dan penelitian yang matang. Diantara sekian banyak hal-hal yang harus dipersiapkan itu, pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing spesies mangrove adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dan diteliti secara mendalam.
Rhizophora misalnya, dia lebih tahan hidup apabila ditanam di daerah yang berlumpur. Sedangkan Avicennia, sebaliknya, dia lebih baik ditanam di daerah yang berpasir. Selain itu, Rhizophora tak bisa tahan terhadap salinitas yang tinggi jika dibandingkan dengan Avicennia. Selanjutnya, untuk cara penanamannya sendiri, akan lebih baik apabila ditanam dengan menggunakan bibit (yang telah berakar dan muncul dua sampai empat pasang daun) dan bukannya propagul. Kemudian, penanaman mangrove di suatu area dengan gelombang besar/kuat tanpa adanya penghalang (tetrapod, misalnya), juga sangat riskan. Apa pasal? Karena bibit-bibit mangrove akan dengan mudah tersapu oleh gelombang karena tidak kuat menahan arus geombang yang datang.
Kesimpulan, untuk mencegah terjadinya kegagalan penanaman di wilayah pesisir, pengenalan sifat dari setiap jenis mangrove sangat diperlukan, sebelum melakukan program penanaman. Ayo, kenali dulu sifat-sifat dan teknik penanaman mangrove yang benar. Jangan asal tanam. Oke!
No comments:
Post a Comment