Timbulsloko – KeSEMaTBLOG. Selama enam bulan, mulai dari bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014, KeSEMaT dipercaya menjadi Koordinator Monitoring proyek Hybrid Engineering (HE) yang diimplementasikan di desa Timbulsloko, Demak. HE dibangun atas kerjasama Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dengan Wetlands International Indonesia Programme (WI-IP) serta KeSEMaT sebagai Tim Koordinator Lapangan.
HE merupakan salah satu uji coba rekayasa pembangunan pesisir, teknologi Belanda, dalam rangka mengurangi abrasi yang terjadi di pesisir desa Timbulsloko, Demak dengan cara meniru fungsi alamiah dari vegetasi mangrove, yaitu kemampuan akarnya dalam memecah gelombang dan merangkap sedimen di dalam bangunan.
Lokasi pembangunan HE berada di dua tempat yang berbeda, yaitu di dukuh Bogorame dan dukuh Wonorejo, desa Timbulsloko, Demak. Proyek ini merupakan yang pertama di Asia, karena Timbulsloko merupakan daerah di Indonesia, yang diduga terkena dampak abrasi pantai yang tertinggi.
Tim monitoring HE KeSEMaT, terdiri dari 6 KeSEMaTER, yang diketuai oleh Sdri. Vera Chandra Puspitasari (MENPUSMAT). Luas total area konstruksi HE kurang lebih 6800 meter persegi, yang dibagi menjadi tiga petak.
Tujuan dilakukannya monitoring HE adalah untuk menghitung seberapa banyak sedimen yang masuk ke dalam bangunan, serta menghitung jenis biota apa saja yang sudah mampu hidup dalam bangunan.
Di dalam monitoring, juga dilakukan perawatan bangunan serta FGD dengan tujuan meminta pendapat masyarakat mengenai efek positif dan negatif atas dibangunnnya konstruksi HE di pantai mereka, untuk melindungi daratan dari abrasi.
Metode yang digunakan dalam monitoring HE adalah metode grid. Setiap grid memiliki luas 5 m × 5 m. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung kedalaman perairan dengan menggunakan perahu, agar diketahui seberapa besar sedimen di dasar.
Semakin dangkal perairan, maka sedimen akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya, sehingga data bisa digunakan untuk memetakan sedimen untuk kemudian diolah menjadi penampang sedimen tiga dimensi.
Dalam proyek HE ini, KeSEMaT juga melibatkan masyarakat dalam rangka melakukan pengamatan dan perawatan. Masyarakat turut serta dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan konstruksi HE, berikut dampaknya terhadap keberlangsungan hidup mereka, mulai dari segi perlindungan fisik HE, juga sosial dan ekonomi.
Dengan adanya HE di Timbulsloko, diharapkan akan timbul daratan baru, sebagai hasil dari akumulasi sedimen, sehingga daratan akan semakim menjorok ke laut.
Daratan ini, kedepan akan digunakan sebagai area penanaman mangrove, untuk menciptakan sabuk hijau mangrove alami yang kuat sebagai benteng pertahanan pesisir terhadap gelombang laut. Dengan demikian, maka hal ini akan dapat mengurangi dampak abrasi yang terjadi di desa Timbulsloko, Demak, sebagai desa percontohan HE, Belanda. Amin. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment