Semarang - KeSEMaTBLOG. Pada tanggal 14 Juli 2014, KeSEMaT yang diwakili oleh Sdr. Fahmi Abdullah Basyari (Staf MENPORSI), Sdr. Amrullah Rosadi (DP) dan Sdr. Kamto Wahyono (IKAMaT) telah menghadiri rapat Validasi dan Sosialisasi Hasil Penelitian yang berjudul “Kajian Model Kemitraan Pemanfaatan Ekosistem dan Jenis-jenis Tumbuhan Mangrove” di ruang rapat Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah.
Kegiatan tersebut diadakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (PUSKONSER) Kementerian Kehutanan, dimulai pada pukul 10.00 – 12.00 WIB.
Kegiatan diawali dengan pembukaan dan dilanjutkan dengan presentasi hasil penelitian oleh Ibu Sri Suharti (ketua peneliti) yang memaparkan latar belakang hingga hasil penelitiannya.
Salah satu hal yang melatarbelakangi penelitian tersebut adalah pemanfaatan sumberdaya mangrove yang kurang mempertimbangkan aspek kelestarian sehingga dibutuhkan identifikasi alternatif pola pemanfaatan sumberdaya mangrove secara partisipatif, seperti model kemitraan agar terwujud pemanfaatan sumberdaya mangrove secara lestari.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Ibu Sri Suharti, Bapak N. M. Heriyanto, Bapak Andi Gustiani Salim, Bapak Utis Sutisna, Ibu Ambar Wulandari, dan Bapak Apid Robini di empat lokasi, yaitu Semarang, Jawa Tengah, Serang, Banten, Pemalang Jawa Tengah, dan Nusa Lembongan Bali.
Penelitian tersebut dilakukan selama lima bulan, yaitu pada bulan Juni - November 2013.
Salah satu tujuan dari penelitian tersebut, yaitu untuk mengidentifikasi model-model kemitraan pemanfaatan sumberdaya mangrove yang telah berjalan.
Seperti yang telah dilakukan oleh pihak (a) PT Pertamina, UNNES dan Masyarakat Tambakrejo, Kota Semarang, (b) Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung dengan Masyarakat Nusa Lembongan, Bali, (c) Wetlands International dengan Masyarakat Pesantren di Pemalang dan Masyarakat Sawah Luhur di Serang, Banten, dan (d) PT. Indonesia Power bersama KeSEMaT dan Masyarakat Mangunharjo, Kota Semarang.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dari empat lokasi penelitian, tiga diantaranya adalah menggunakan model kemitraan Synergistic Partnership di Serang, Pemalang, dan Semarang. Dimana model tersebut menurut Levinger dan Mulroy (2004) mampu memberikan mitra keuntungan dan pengaruh, melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru, seperti advokasi dan penelitian.
Sementara di Bali, model kemitraannya adalah Nascent Partnership, dimana pada tipe ini, pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal.
Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut adalah pengembangan kemitraan pemanfaatan sumberdaya mangrove dapat merehabilitasi ekosistem mangrove dan memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh tambahan pendapatan.
Rapat berjalan dengan lancar dan ditutup dengan berbagai saran dan masukan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kwalitas model kemitraan, baik yang sudah berjalan maupun yang akan berjalan dimasa yang akan datang.
“Dalam pengembangan kemitraan, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, karena suatu kelompok tidak dapat berjalan sendiri. Dan, dibutuhkan penguatan kelompok, karena terkadang banyak konflik yang terjadi antar kelompok,” jelas Sdr. Kamto Wahyono saat sesi diskusi.
Semua peserta rapat berharap, dengan adanya kemitraan yang telah berjalan dalam pemanfaatan ekosistem mangrove ini, maka akan dapat meningkatkan kelestarian hutan mangrove, dan masyarakat semakin sadar akan pentingnya hutan mangrove yang dapat membantu perekonomian masyarakat setempat. Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment