Jakarta - KeSEMaTBLOG. Pada tanggal 17-18 Juli 2018, KeSEMaT menghadiri Blue Carbon Summit 2018, yang diselenggarakan di Perpustakaan Nasional Indonesia, Jakarta. Acara ini menghadirkan 62 pembicara yang dua diantaranya berasal dari kalangan pemerintahan.
Dihadiri hampir 250 orang, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ini merupakan inisiatif yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) dan didukung oleh Global Landscape Forum (GLF).
Pada kesempatan kali ini, KeSEMaT diwakili oleh Sdr. Ilham Kuncahyo (Staf MENKOMSI) dan Sdri. Laksita Adya Sahita (Staf MENSETSI).
Selain KeSEMaT, acara ini juga dihadiri oleh Yayasan IKAMaT, KKP, KLHK, BAPPENAS, KEMENKO MARITIM, LIPI, para pemimpin nasional dan internasional, LSM, komunitas ilmiah, pelaku bisnis dan masyarakat sipil.
“Senang sekali dapat menghadiri Blue Carbon Summit 2018 dan bertemu dengan para delegasi dari dalam dan luar negeri,” jelas Sdr. Ilham. "Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini, diisi oleh para pemateri level nasional dan internasional, yang mengadakan forum diskusi paralel untuk tiap tema yang berbeda. Ekosistem mangrove menjadi salah satu topik bahasan SDA penting dalam pertemuan ini," tambahnya.
Presiden AIPI, Bpk. Satryo Soemantri Brodjonegoro dan Direktur Jenderal CIFOR, Bpk. Robert Nasi membuka pertemuan dengan menyoroti perlunya menjadikan ekosistem pesisir sebagai prioritas lingkungan nasional.
“Kita di sini untuk memperbaiki ketidakseimbangan. Dalam berita ada fokus pada deforestasi, tetapi 60% populasi dunia tinggal di daerah pesisir. Kita telah kehilangan 50% ekosistem mangrove, untuk itulah kita perlu melindungi apa yang tersisa,” jelas Bpk. Robert.
Hari terakhir ditutup dengan closing statement dari Bpk. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro (BAPPENAS) yang dilanjutkan dengan foto bersama oleh seluruh tamu undangan dan para peserta. (ADM/IK).
No comments:
Post a Comment