Semarang - KeSEMaTBLOG. Lima orang mahasiswa dari Program Studi Pembangunan Wilayah, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta melakukan penelitian terhadap warga binaan KeSEMaT yang memproduksi batik dan jajanan mangrove, yang berlokasi di Semarang Mangrove Center (SMC) Jawa Tengah (Jateng), Desa Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang (5/7/19).
Mereka meneliti bagaimana cara mangrove dikelola dan dimanfaatkan oleh KeSEMaT dan warga binaannya sehingga dapat diambil keuntungan ekonomisnya tanpa meninggalkan unsur konservasinya.
"Hal ini menarik, karena KeSEMaT dan warga binaannya berhasil memproduksi jajanan mangrove, seperti peyek, stik, krupuk, egg roll dan juga kerajinan batik mangrove," kata salah seorang mahasiswa. “Saya baru tahu dan kaget juga, ternyata mangrove bisa dimanfaatkan menjadi jajanan dan juga sebagai pewarna batik,” tambahnya.
Penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan Ibu Mufidah, selaku koordinator kelompok Srikandi Pantura dan Bina Citra Karya Wanita, yang masing-masing mengolah batik dan jajajan mangrove.
Sembari mencicipi cita rasa stik dan egg roll mangrove, KeSEMaT menjelaskan kepada para mahasiswa mengenai tujuan pemanfaatan mangrove di SMC Jateng.
"Bersama warga binaan kami, kami mengelola sendiri secara konservatif, mangrove yang ada di sini, sehingga tidak mengeksploitasi sumber daya mangrove yang ada," jelas Sdr. Ababil (MENWEBNET), yang turut mendampingi mahasiswa pada kesempatan kali ini. "Tujuan pengolahan mangrove menjadi aneka jajanan dan batik ini adalah untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa mangrove bisa dijadikan makanan dan pewarna batik, sehingga kami berharap mereka akan selalu menjaga dan melindungi mangrove di sekitar rumah mereka," jelasnya lebih lanjut.
Selain meneliti manfaat mangrove secara ekonomis, para mahasiswa juga meneliti fungsi fisik keberadaan vegetasi mangrove di sekitar SMC Jateng.
“Dulu, sebelum banyak yang menanam mangrove, desa kami selalu menjadi langganan banjir rob ketika musim hujan," kisah Ibu Mufidah. "Setelah tahu bisa dijadikan batik dan jajanan mangrove, masyarakat sadar untuk menanam mangrove. Dan sekarang, Alhamdulillah, desa kami aman dan sudah tidak pernah terkena banjir rob lagi dan pendapatan kami juga meningkat dari hasil menjual jajanan dan batik mangrove,” terangnya lebih lanjut.
Keseluruhan kegiatan berlangsung secara baik dan lancar yang diakhiri dengan foto bersama. Hasil dari penelitian ini, akan disampaikan kepada kampus mereka untuk dijadikan rekomendasi bagi penelitian serupa di masa mendatang. (MZAAH/ABL/ADM).
No comments:
Post a Comment