Semarang - KeSEMaTBLOG. Kok Bisa, sebuah platform media yang bergerak di bidang edukasi, yang menyampaikannya dengan sebuah video cerita beranimasi menggandeng KeSEMaT dalam program Kok Bisa Green Creator Academy (KBGCA). Kegiatan ini dislenggarakan di SMKN 7 Semarang dan Semarang Mangrove Center (SMC) Jawa Tengah (Jateng). (20-21/5/2022).
KBGCA dimulai dengan kegiatan class sharing session kepada siswa SMKN 7 Semarang di hari pertama, yang dimulai pada pukul 13.00 - 15.00 WIB. Kegiatan dibuka dengan pemaparan materi oleh Sdri. Josephine dan Sdri. Maurene, selaku perwakilan dari Kok Bisa dan Sdri. Florensianov Stann dan Sdri. Hanum Puji Pangesti, selaku content creator yang membawakan materi seputar krisis iklim dan hubungannya dengan permasalahan abrasi di Semarang.
Setelah pemaparan materi krisis iklim, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai ekosistem mangrove yang disampaikan oleh Sdr. Faiz Ghoffar Ardani (Presiden) dan Sdri. Syifa Arrahmah (MENPORSI).
“Kegiatan ini menarik, karena saya bisa transfer ilmu mangrove kepada para siswa yang mayoritas belum pernah melihat mangrove,” kata Sdri. Syifa. "Saya menekankan pentingnya keberadaan mangrove sebagai salah satu dari tiga ekosistem penyangga pesisir. Mangrove terkenal sebagai ekosistem multifungsi, sehingga pada saat keberadaannya rusak atau terancam, dampak yang ditimbulkan bisa menjadi sangat masif,” terangnya lebih lanjut.
Presiden manambahkan bahwa KeSEMaT sebagai unit kegiatan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) memiliki fokus untuk melakukan upaya rehabilitasi hutan mangrove di pesisir Pantai Utara Jawa, salah satunya di Kota Semarang. Dengan menjadikan kegiatan pelestarian hutan mangrove tersebut sebagai sebuah gaya hidup atau Mangrove Is Lifestyle, maka diharapkan hasilnya akan dapat terkonsep dengan lebih baik dan terukur.
Pada kesempatan ini, Sdr. Faiz juga menjelaskan mengenai salah satu afiliasi KeSEMaT, yaitu KeSEMaT Mangrove Indonesia (KeMANGI) sebagai sebuah wadah penjualan produk-produk olahan mangrove bukan kayu, seperti batik, jajanan dan kopi mangrove.
Setelah pemaparan materi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Para siswa menanyakan cara kontribusi mahasiswa di luar FPIK UNDIP dalam upaya konservasi mangrove.
Sdr. Faiz menjelaskan bahwa KeSEMaT memiliki afiliasi bernama KeSEMaT Mangrove Volunteer (KeMANGTEER), yaitu komunitas relawan mangrove Indonesia yang anggotanya bukan berasal dari mahasiswa FPIK UNDIP.
“Teman-teman SMKN 7 Semarang yang memiliki passion terhadap konservasi mangrove dapat bergabung dengan KeMANGTEER Semarang,” ajak Presiden.
Hari kedua KBGCA diisi dengan beberapa rangkaian kegiatan, yaitu coaching clinic cara penanaman mangrove, penanaman 1.000 bibit mangrove Rhizophora mucronata dan kunjungan ke warga binaan KeSEMaT, yaitu kelompok pengolah batik, jajanan dan kopi mangrove.
Kegiatan dimulai dengan berkumpul di SMKN 7 Semarang pada pukul 07.00 WIB. Setelah itu, peserta berangkat menuju ke SMC Jateng dan sampai pada pukul 08.00 WIB. Peserta berkumpul di kediaman Bpk. Anwar, kelompok tani mangrove yang merupakan mitra kerja KeSEMaT.
Acara dibuka oleh MC yang dilanjutkan dengan doa bersama. Setelah sambutan-sambutan, para peserta dan panitia KBGCA menuju ke lokasi penanaman mangrove. Sebelum melakukan penanaman mangrove, KeSEMaT terlebih dahulu menjelaskan mengenai tata cara penanaman mangrove yang baik dan benar saat coaching clinic cara penanaman mangrove.
Walaupun banyak dari para siswa yang kewalahan berjalan di lumpur, namun mereka tetap semangat dalam menanam mangrove.
“Ini baru pertama kali, saya menanam mangrove dan menginjakkan kaki di lumpur seperti ini. Saya agak susah dalam berjalan, namun ini jadi pengalaman yang sangat seru,” ungkap salah satu siswa.
Kegiatan penanaman mangrove dilaksanakan hingga pukul 10.30 WIB. Setelah itu, para peserta melakukan bersih diri.
Rangkaian kegiatan selanjutnya adalah Kunjungan ke Warga Binaan KeSEMaT, yaitu ke Kelompok Pengolah Jajanan Mangrove (Bina Citra Karya Wanita) dan Pengolah Batik Mangrove (Srikandi Pantura).
Kelompok ini dikelola oleh ibu-ibu istri nelayan di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang.
Para peserta tampak penasaran dengan jajanan dan batik mangrove tersebut.
Ibu Mufidah, selaku koordinator kelompok Bina Citra Karya Wanita dan Srikandi Pantura menjelaskan bahwa pewarna batik mangrove diolah dari propagul buah mangrove yang sudah jatuh ke tanah dan membusuk. Dengan demikian, maka batik mangrove merupakan produk yang ramah lingkungan.
"Khusus untuk jajanan mangrove, kami mengolahnya dari tepung buah mangrove jenis Lindur dan Api-api," terang Ibu Mufidah. "Produk kami, seperti peyek, stik, kerupuk dan cendol mangrove. Kami membudidayakan mangrove, sehingga tidak merusak lingkungan, justru membantu hutan mangrove agar terus lestari," lanjutnya.
Para peserta KBGCA juga berkunjung ke warga binaan KeSEMaT lainnya, yaitu Kelompok Pengolah Kopi Mangrove bernama Arjuna Berdikari.
Bpk. Ferry, selaku koordinator kelompok Kopi Mangrove Arjuna Berdikari menjelaskan tahapan pengolahan kopi mangrove, dimana kopi ini merupakan campuran dari bubuk buah mangrove jenis R. mucronata dengan bubuk biji kopi robusta. Untuk itulah, kopi ini memiliki rasa unik, yang berbeda dengan kopi pada umumnya.
Melalui beragam produk olahan mangrove ini, maka warga binaan KeSEMaT berhasil meningkatkan taraf perekonomiannya. Inovasi produk ini juga merupakan bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim, terutama pada saat hasil tangkapan ikan menurun akibat perubahan iklim.
Dengan adanya olahan jajanan, batik dan kopi mangrove ini, maka secara tidak langsung juga semakin menambah rasa kepedulian warga pesisir Mangkang Wetan karena berhasil memanfaatkan bahan bukan kayu mangrove menjadi sumber mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan.
Tak lupa, para peserta juga mencicipi rasa jajanan dan kopi mangrove.
Setelah itu, rangkaian kegiatan KBGCA ditutup dengan foto bersama. Keseluruhan kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar yang ditutup pada pukul 14.00 WIB. Melalui kegiatan KBGCA ini, maka diharapkan akan dapat menumbuhkan jiwa-jiwa konservasi mangrove kepada para siswa, sebagai generasi muda penerus bangsa.
“Buat teman-teman yang ingin belanja online dan offline aneka produk olahan mangrove warga binaan kami, bisa cek di website KeMANGI," kata Presiden. "Sebagian keuntungan dari hasil penjualannya akan kami gunakan untuk mendanai program pelestarian hutan mangrove di Indonesia," pungkasnya. (BSS/ADM/AP).
No comments:
Post a Comment