Semarang - KeSEMaTBLOG. Lihatlah foto di samping ini. Foto ini kami ambil, sesaat setelah memberikan pengarahan tentang teknis pembibitan dan penanaman mangrove kepada para petani tambak di desa Tapak – Semarang. Sebagai informasi, di desa ini, dengan bantuan pendampingan dari Yayasan BINTARI, KeSEMaT dan FoE Jepang, sedang dilaksanakan sebuah program pendampingan masyarakat untuk melakukan sebuah upaya penyelamatan area pertambakan dan desa mereka dari ancaman gerusan ombak penyebab abrasi.
Apabila Anda cermati foto di atas ini, maka nampak dua orang KeSEMaTER sedang duduk di atas akar-akar mangrove jenis Rhizophora. Tipe perakarannya yang biasanya disebut sebagai tipe “Cakar Ayam” atau “Lengan Gurita” ini, nampak sangat rapat, kokoh dan kuat, sehingga mampu menopang tubuh dua orang manusia dewasa di atasnya.
Tipe perakaran seperti inilah yang “sengaja” dicari oleh para pelaksana program dan proyek rehabilitasi mangrove di wilayah pesisir Indonesia, untuk membantu mereka dalam mengatasi hempasan gelombang laut yang sangat kuat. Penelitian telah membuktikan, bahwa perakaran mangrove dan ketebalan rumpunnya, mampu mengurangi laju kekuatan gelombang laut yang menghantam daratan hingga sekian persen, sehingga dampak abrasi bisa tertekan.
Selain fungsinya yang begitu mengagumkan dalam mengurangi dampak abrasi, akar mangrove ternyata juga menyimpan sebuah misteri, yaitu berkenaan dengan bentuk akarnya yang selalu (saja) mencuat ke atas tanah. Tidak seperti bentuk akar tanaman pada umumnya, jika Anda jeli dan mencermati, maka sebagian besar jenis mangrove sejati (Avicennia, Sonneratia dan Rhizophora), tidak “menyembunyikan” akar-akarnya di bawah tanah, melainkan “mempertontonkannya” di atas tanah. Ada apakah gerangan?
Hal ini “sengaja” dilakukan oleh mangrove, sebagai sebuah bentuk daya adaptasinya terhadap lingkungan payaunya yang memang memiliki kondisi lingkungan yang ekstrim. Perairan mangrove yang bersifat anoksik, dimana ditemukan “sedikit sekali” oksigen di dalamnya, telah memaksa mangrove untuk “memutar otaknya,” bagaimana caranya agar dirinya bisa terus bernafas dan bertahan hidup dengan kondisi yang demikian. Maka mekanisme perakaran-yang-mencuat-ke atas inilah yang dipilih olehnya, dengan tujuan untuk mengambil oksigen dari udara, di saat air pasang menggenangi sebagian besar akar-akarnya.
Demikianlah, dua rahasia dari banyak rahasia lainnya, di balik akar-akar mangrove yang khas dan unik, yang saat ini mulai terancam keberadaannya, akibat dari pembalakan liar dengan tujuan untuk mengeksploitasi akar dan batangnya sebagai kayu bakar dan bahan bangunan. Semoga saja, dengan mengetahui fungsinya dan kisah hidupnya, untuk bisa tetap struggle di perairan payau, kita akan lebih bisa menyayangi dan mencintai mangrove kita, lagi. Let’s save our mangrove. NOW! Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment