Kulon Progo – KeSEMaTBLOG. Salah seorang Alumni KeSEMaT, yaitu Bapak Isna Bahtiar (IKAMaT), yang sekarang ini mengabdikan dirinya di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Yogyakarta, telah menulis artikel menarik, mengenai kondisi mangrove dan pesisir Kulon Progo. Artikel ini, berhasil menggambarkan dengan jelas, mengenai berbagai jenis mangrove yang berkembang-baik di pesisir Kulon Progo, yang memiliki substrat berpasir, yang tentu saja oleh sebagian pihak, dianggap sebagai sebuah habitat yang “tidak cocok”, sebagai tempat tinggal mangrove. Selamat membaca, semoga artikel di bawah ini, bisa memberikan pencerahan bagi kita semua.
Ombak yang besar, arus yang kuat dan tebing yang tinggi merupakan anggapan masyarakat umum tentang kondisi pesisir di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), selama ini. Anggapan tersebut adalah benar adanya, jika kita hanya melihat dari sudut pandang pariwisata pantainya, saja. Pantai Parangtritis dan Samas di Kabupaten Bantul dan Pantai Glagah di Kabupaten Kulon Progo adalah tiga buah pantai yang dapat dijadikan sebuah pembenaran bagi anggapan masyarakat luas, tersebut. Padahal, jika kita melihat lebih dalam lagi, pesisir DIY juga mempunyai sebuah ekosistem mangrove. Beberapa buah ekosistem ini, bisa ditemukan di Kabupaten Kulon Progo dengan beragam spesies, antara lain Cemara Laut (Casuarina sp), Pandan (Pandanus tectorius), Api api (Avicennia spp) dan Bakau (Rhizophora spp).
Secara alami, Pandan memang banyak terdapat di Kulon Progo, yang sebagian besar berkarakter substrat berpasir. Kondisi terakhir, Pandan ini banyak ditebang oleh penduduk sekitar, demi usaha perluasan pemukiman dan usaha pertanian di lahan pasir. Pandan banyak terdapat di Pantai Bugel, Trisik dan Jangkaran. Selanjutnya, seperti Pandan yang cocok dengan substrat pasir, Cemara Laut secara alami juga banyak ditemukan di pesisir Kulon Progo. Spesies ini, terdapat hampir di semua lokasi di pusat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), yaitu TPI Trisik, Bugel, Karangwuni dan Glagah. Kondisi terbaik terdapat di TPI Bugel dan PPI Tanjung Adikarto dan Karangwuni. Usaha rehabilitasi Cemara Laut, juga sudah banyak dilakukan di lokasi-lokasi, ini.
Sementara itu, kuantitas Bakau dan Api-api, relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dua spesies diatas. Hal ini disebabkan kondisi substrat pesisir Kulon Progo itu sendiri. Bakau dan Api-api hanya ditemukan di Pantai Jangkaran, Kecamatan Temon yang mempunyai substrat lumpur atau pasir berlumpur. Kondisi spesies mangrove alami disini, dapat digolongkan kedalam strata sedang. Demikian reportase mangrove KeSEMaT dari Kulon Progo, semoga bisa memberikan pengetahuan kepada kita semua tentang ekosistem mangrove, demi kelestariannya di masa depan. Amin. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment