Semarang – KeSEMaTBLOG. “Bukannya aku tidak menyukai tempat ini. Aku sungguh suka. Tempat ini mengingatkanku pada berjuta kenangan saat seseorang menyebutku Esturia. Sungguh, sebenarnya aku tak keberatan jika bapak menyuruhku mengamati perkembangan bakau dengan serasah-serasahnya yang jatuh anggun menjejak bumi. Serasah, daun-daun tua yang kelebihan garam akan jatuh pada saatnya, nyaris sama dengan yang dulu dia bilang, seseorang akan menemukan kebenaran pada saatnya. Aku selalu menunggu teman masa kecilku, yang kuanggap sahabat terbaikku, Bella. Dia ikut orang tuanya ke Surabaya……” Itulah petikan cerpen “Serasah Senja” karya Sri Mulyati yang begitu memikat hati para Dewan Juri KeSEMaTCOMPETITION (KC) 2010 : Lomba Penulisan Cerpen, Fotografi dan Desain Kaos Mangrove Nasional Tingkat Pelajar, Mahasiswa dan Umum.
Untuk itulah, cerpen mangrove nan menyentuh hati yang ditulis oleh siswi SMA Negeri 1 Pasuruan ini, langsung dinobatkan sebagai Juara II KC 2010, untuk kategori penulisan cerpen mangrove.
Awalnya, Yati (nama panggilan), memang hanya berkeinginan untuk menulis cerpen (saja) di sela-sela kesibukannya sebagai pelajar kelas XII SMA Negeri 1 Pasuruan. Meskipun ada anggapan dari sebagian orang, bahwa sebaiknya jika sudah kelas XII, maka tidak usah lagi mengikuti perlombaan (tetapi lebih baik fokus belajar saja), namun Yati tidaklah setuju. Dengan mengikuti lomba cerpen mangrove seperti ini, maka menurutnya bisa menjadikan aktifitasnya semakin berwarna dan tidak membosankan.
Selanjutnya, menurut Yati, pada pandangan pertama, poster lomba KC 2010 yang dipampang di KeSEMaTONLINE, entah mengapa bisa langsung menarik hatinya. Padahal, ini bukan kali pertama Yati mencari-cari informasi lomba seperti ini. Meskipun pada awalnya dia tidak begitu paham tentang mangrove, namun siswi kreatif ini, berusaha mencari informasi mangrove sebanyak-banyaknya ke Ibu Guru Geografi kelas XI-nya, yaitu Ibu Alif. Kebetulan sekali, rumah Ibu Alif, berdekatan dengan kawasan hutan mangrove, sehingga beliau bisa dengan baiknya menjelaskan kondisi nyata ekosistem mangrove kepada sang Jawara KC 2010, ini.
Ternyata, mangrove itu manfaatnya tidaklah sebesar yang pernah didengar Yati sewaktu duduk di bangku SMP. Tidak besar memang, tetapi besar sekali! Dari serasahnya, fungsinya sebagai penghalang abrasi, habitat bagi para fauna, manfaat obat-obatan, kegunaannya sebagai pelindung tambak, dan fungsi-fungsi lainnya, berusaha dicermati dengan baik dan matang oleh siswi berjilbab, ini. Dari situlah, sambil terus menulis cerpen mangrovenya untuk KC 2010, Yati semakin mengetahui dan menyadari betapa ekosistem pesisir yang satu ini, memang sangat patut dan layak dilestarikan.
Dukungan dari teman dan keluarga pada saat dia menyusun Serasah Senja-nya, dirasakan sangat membantu dalam menyemangatinya untuk menulis secara maksimal. Deadline tinggal dua hari lagi. Namun, semangat yang dilontarkan Tika, teman sebangkunya, dan juga kesediaan sang Ayah yang membantu Yati, memenuhi persyaratan administrasi, sudah cukup membuat semangat menulis dalam diri Yati tetap menyala.
Lucunya, walaupun batas waktu penerimaan naskah cerpen mangrove adalah sampai besok malam, paginya, sang Jawara masih hanya menggenggam kerangka karangannya saja, sehingga cerpen mangrovenya tetap belum utuh. Namun demikian, dengan usaha kerasnya selama penyusunan Serasah Senja, pada akhirnya, terkirimlah cerpen mangrovenya melalui warnet, pada pukul setengah sepuluh malam.
Saat mengetahui bahwa dirinya ditetapkan sebagai pemenang KC 2010, tentu saja Yati sangat senang dan bersyukur. Serasah Senja menceritakan tentang Arsha Karunia, anak pesisir berstatus pelajar yang bimbang akan dukungannya kepada sang Bapak yang terus menerus mengadakan kegiatan konservasi mangrove di daerahnya.
Di akhir cerita, dikisahkan bahwa Arsha akhirnya menyadari mengapa sang Bapak tetap bersemangat dalam mengkonservasi kawasan mangrovenya dan berkeyakinan mendukung bapaknya dalam program pelestarian mangrove, ketika dia melihat serasah, dedaunan mangrove tua yang jatuh ke bumi. Arsha sadar, bahwa dedaunan mangrove itu tidaklah langsung bermanfaat bagi alam sekitarnya, melainkan melalui proses yang sangat panjang, seperti bapaknya, untuk bisa menjadi berguna bagi mangrove dan alam pesisirnya.
Pesan Yati untuk teman-temannya yang belum bisa memenangkan KC 2010 adalah agar tidak patah semangat dan tetap menjadikan menulis sebagai bagian dari hidup. Selanjutnya, Yati juga memberikan sedikit tips agar bisa menulis dengan baik, yaitu menulis sesuai dengan diksi dan tema yang ditetapkan. Semoga saja, dengan adanya KC 2010, maka generasi muda di Indonesia bisa semakin kreatif dan aktif didalam menyuarakan program-program kampanye penyelamatan ekosistem mangrove di bumi pertiwi. Amin. Semangat MANGROVER!
Selamat buat Dik Sri Mulyati. Semangat MANGROVER!
ReplyDelete