3.12.08

Scyphiphora-ku Sayang, Scyphiphora-ku Malang

Jepara - KeSEMaTBLOG. Scyphiphora hydrophyllacea adalah sebuah nama yang indah. Namun, nasib salah satu spesies mangrove ini, di Teluk Awur Jepara, ternyata tak seindah namanya. Di Teluk Awur, beberapa minggu yang lalu, akarnya telah dicerabut, batangnya ditebang, daunnya ditebas dan bunga-bunganya nan indah juga telah dibakar oleh oknum masyarakat sekitar. Lihatlah foto di samping, ini. Foto ini diambil oleh KeSEMaTERS, empat hari yang lalu (30/11). Inilah nasibnya sekarang. Sebuah Perepat Lanang/Cingam/Duduk Perempuan/Duduk Rayap/Duduk Rambat/Dandulit yang memang hanya tinggal sebuah saja, kini tak ada lagi. Dia telah hilang dari Teluk Awur Jepara.

Cermatilah foto di atas, batang dan akarnya yang masih nampak hitam menunjukkan bahwa tak hanya bunga saja yang telah dibakar. Proses pembakaran, bahkan sampai juga pada batang dan akarnya. Pada saat kami mencari informasi mengenai kasus ini ke masyarakat sekitar, masih terjadi kesimpangsiuran informasi. Beberapa orang mengatakan bahwa penebangan dilakukan untuk tujuan mencari kayu bakar. Namun, sebagian yang lain menghubungkan proses penebangan dan pembakaran ini dengan dibangunnya penahan gelombang (baca: talut) di belakang asrama mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (UNDIP) di Teluk Awur, Jepara. Memang, sekarang ini talut (lihat inset pada foto di atas) sepanjang kurang lebih seratus meter telah selesai dibangun dengan tujuan untuk menahan abrasi pantai. Pembangunan talut inilah yang diduga telah memakan lahan mangrove sehingga harus menebang Scyphiphora.

Mencoba bersikap arif atas kejadian yang sebenarnya sangat tidak mengenakkan ini, kami mencoba berpikir jernih. Apapun penyebab tertebangnya Scyphiphora kami, entah itu untuk tujuan kayu bakar ataupun pembangunan talut, kami hanya berharap bahwa oknum masyarakat sekitar segera tersadar bahwa proses penebangan Scyphiphora ataupun mangrove jenis lainnya yang secara alami menjalankan fungsinya sebagai pelindung pantai dari abrasi, adalah perbuatan yang tidak baik.

Dari KeSEMaT sendiri, setiap dua kali dalam setahun, kami selalu memberikan penyuluhan mangrove kepada masyarakat sekitar. Namun, apabila dirasa usaha kami belum cukup untuk menyadarkan mereka, maafkanlah atas keterbatasan kami. Sebagai informasi, setiap satu bulan sekali, kami juga selalu berkunjung ke Teluk Awur, untuk memeriksa dan memelihara bibit-bibit mangrove kami.

Dalam setiap kali mengadakan program monitoring mangrove ini, kami juga sering bertemu dengan masyarakat sekitar untuk sekedar berbincang tentang pengelolaan mangrove di Teluk Awur. Pola pemberian contoh seperti inilah yang kiranya baru bisa kami lakukan untuk masyarakat Teluk Awur. Sebenarnya, kami sangat mengharapkan sebuah inisiasi dan partisipasi dari masyarakat sekitar. Sekali lagi, kami membayangkan sebuah inisiasi dan partisipasi dari masyarakat sekitar yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dan bukan hasil dari paksaan apalagi asupan dari pihak-pihak tertentu. Salam MANGROVER!

No comments:

Post a Comment