Semarang - KeSEMaTBLOG. Lihatlah foto di samping ini. Para KeSEMaTERS nampak memeluk batang salah satu jenis mangrove bernama Rhizophora mucronata. Foto ini kami abadikan saat kami melakukan survei mangrove untuk menentukan titik sampling di Desa Tugurejo Semarang. Pada awalnya, kami tak pernah menyangka akan menemui batang mangrove berdiameter lebih dari 20-an cm, itu. Apa pasal? Karena dari awal memasuki vegetasi mangrove di sana, memang tak terlihat rerimbunan vegetasi mangrove dengan ketinggian puluhan meter yang merupakan “ciri awal” keberadaan pohon mangrove berdiameter besar.
Di awal masuk lokasi, vegetasi mangrove Desa Tugurejo hanyalah tanah pertambakan lapang tanpa mangrove yang lebat. Walaupun jumlahnya berhektar-hektar, namun vegetasinya hanya diselipi oleh semai (seedling) dan anakan (sapling) mangrove di sekeliling pematangnya. Seperti diketahui bahwa seedling dan sapling adalah golongan mangrove dengan diameter kurang dari 4 cm.
Namun, setelah kami merengsek masuk ke dalam areal pertambakan menuju ke arah laut, kami mendapati pemandangan yang luar biasa. Kami takjub, karena di pematang-pematang tambak, bisa ditemukan puluhan R. mucronata berdiameter lebih dari 10 cm. Adanya beberapa buah R. mucronata dengan diameter besar, membuat kami berhipotesa bahwa dulunya, sebelum dikonversi menjadi area pertambakan, daerah mangrove Tugurejo adalah hutan mangove alami yang subur.
Hipotesa kami ini diperkuat dengan penjelasan para nelayan dan petani tambak Tugurejo, bahwa memang sebelum ditebang dan dirubah menjadi tambak-tambak ikan, di tahun 70-an, mangrove di Tugurejo masih alami dan subur sekali. Namun sayang, lingkungan pesisir yang alami itu, nasibnya tak bisa bertahan lama.
Sejak tahun 80-an, daerah ini sudah mulai dirubah peruntukannya. Lalu, tak lama setelah pertambakan mulai mendominasi Tugurejo, di tahun 1997, abrasi pantai mulai menyerang dengan ganas dan menenggelamkan tambak-tambak masyarakat yang sudah tak produktif lagi. Hilangnya mangrove sebagai satu-satunya elemen pelindung tambak dari gempuran gelombang, adalah penyebab utama tertelannya tambak-tambak itu oleh air laut.
Kembali ke masalah diameter di atas, fakta adanya diameter yang besar ini, telah menunjukkan kepada kita bahwa mangrove di Pulau Jawa yang seringkali dicap tak bisa tumbuh dengan besar dan tinggi layaknya di Papua, sebenarnya bia dibantah. Di Jawa-pun apabila mangrove diberikan kesempatan untuk hidup, maka dia bisa dengan leluasa tumbuh maksimal di habitatnya. Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment