Sesampai di rumah bapak nelayan, kami disambut dengan hangat. Setelah berbincang sebentar tentang teknis di lapangan, selanjutnya tanpa membuang waktu lagi, kami segera menuju ke pertambatan perahu. Perahu ini, akan kami sewa satu hari. Perahu berukuran medium yang cukup untuk 15 penumpang ini, kiranya sangat cukup menampung diri kami yang hanya bersembilan ini.
Perahu dikayuh, dan tanpa menunggu waktu yang lama, setelah menyusuri vegetasi Rhizophora yang mulai tumbuh lebat, kami sampai di laut. Laut di Desa Tapak di kawasan Pulai Tirang yang begitu indah, sebenarnya cocok untuk tujuan pariwisata. Pasir hitam dan putihnya yang lembut ditambah dengan mulai pulihnya beberapa hektar hutan mangrove di sana, sebenarnya sangat bisa apabila dijadikan sebagai kawasan wisata mangrove dengan konsep ekoturisme. Namun, agaknya kawasan ini belum pernah dijamah untuk tujuan pariwisata kecuali penjamahan dengan tujuan penggundulan mangrove demi perluasan tambak.
Sampai di titik pertama, kami segera menggelar transek dengan cara membentangkan tali tambang berukuran 10 x 10 meter mengelilingi pepohonan mangrove sebagai area sampel mangrove, kami. Dengan cekatan, kami segera mengukur diameter pohon, anakan dan semai dari berbagai jenis mangrove yang ada di sana. Tak hanya mengukur diameternya saja, kami juga menghitung tinggi setiap pohon dengan menggunakan bantuan alat bernama klinometer.
Selesai mengukur vegetasi pohon dan mengidentifikasinya di lapangan, kami meneruskan penelitian kami dengan menghitung parameter lingkungan yang ada di sekitar titik transek. Parameter lingkungan yang kami ukur antara lain adalah pH, suhu, DO, sedimen, salinitas dan kualitas air. Data-data vegetasi dan parameter lingkungan ini, nantinya akan kami analisa untuk mengetahui struktur komunitas mangrove yang ada di Pulau Tirang, ini. Selesai menghitung mangrove di satu titik, kami berpindah ke titik lainnya. Namun sebelumnya, kami sempat bersantap siang bersama di tepi laut sembari melepas lelah.
Titik sampling kami berikutnya adalah sebuah kawasan di tepian sungai. Sesaat setelah kami mulai menghitung diameter pohon, hujan rintik mulai turun. Hujan terus turun semakin lebat hingga terpaksa kami harus menunda pengukuran diameter dan tinggi pohon. Untunglah, beberapa waktu kemudian, hujan mulai reda. Proses penelitian kami lanjutkan hingga waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB.
Selesai mendapatkan semua data vegetasi dan parameter lingkungan pendukung, kami bergegas ke perahu. Perahu dikayuh menuju ke daratan oleh kedua nelayan. Dalam penelitian ini, kaki kanan seorang KeSEMaTERS sempat mengalami musibah kecil terkena teritip. Di bawah rintik hujan, kami menikmati pemandangan hutan mangrove yang amat mempesona. Puluhan ular, kepiting, ikan dan binatang mangrove lainnya, nampak keluar dan berloncatan ke permukaan sungai. Subhanallah!
Setelah sampling di Desa Tapak selesai kami lakukan, minggu depan, kami akan melanjutkan penelitian mangrove kami dengan cara mengunjungi masyarakat Tugurejo, untuk memberikan penyuluhan tentang betapa pentingnya mangrove bagi kehidupan mereka. Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment