Semarang - KeSEMaTBLOG. Membatik mangrove ternyata mudah. Sama seperti membatik biasa. Membatik mangrove bahkan bisa meningkatkan mata pencaharian warga pesisir tanpa merusak mangrove sama sekali. Inti dari batik mangrove adalah memanfaatkan limbah buah dan daun mangrove untuk diambil zat warnanya, kemudian ditorehkan ke kain dengan motif-motif mangrove sehingga menghasilkan karya cipta batik yang bernilai jutaan rupiah. Hal-hal inilah yang disampaikan oleh Ibu Lulut, penemu batik mangrove asal Rungkut Surabaya, yang pada tanggal 24 September 2011 kemarin, telah memberikan pelatihan cara membatik mangrove kepada puluhan warga pesisir dan mahasiswa di dusun Tapak, Semarang.
Dalam acara Mangrove REpLaNT yang diinisiasi oleh KeSEMaT itu, Ibu Lulut mengajarkan cara membatik mangrove yang diantaranya melalui beberapa tahap, seperti mencari pewarna dari buah dan daun mangrove, memprosesnya dengan cara merebusnya setiap hari selama kurang lebih satu minggu, mengusahakan kainnya dan mulai membatik dengan menggunakan canting atau dengan sistem jumputan (lihat foto di atas). Setelah selesai membatik, maka hasilnya dikeringkan hingga kering dan diberikan tawas, direbus kembali hingga siap dipasarkan.
Tak lupa, untuk menjaga regenerasi mangrove, Ibu Lulut dan kelompok binaannya juga selalu mengadakan program penanaman dan pemeliharaan mangrove secara berkala dan kontinyu. Dari sisi manajemen, Ibu Lulut juga berpesan untuk membentuk komunitas terlebih dahulu, sebelum kemudian memulai usaha batik mangrove yang saat ini terbukti mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di Rungkut dan sekitarnya, juga warga binaan Ibu Lulut lainnya.
No comments:
Post a Comment