Mahasiswa FEB UNDIP melakukan wawancara dengan QC dan jajaran Kabinet KeSEMaT, yaitu Bpk. Aris Priyono (QC), Sdr. Alfian Rizqi Hidayat (MENPORSI), Sdri. Afrida Dwiyanti (MENDIKTAN), dan Sdri. Fitriya Ayu Setyani (MENKEU).
Wawancara tersebut membahas mengenai sejarah berdirinya KeSEMaT, kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi biru, dan perkembangan warga binaan yang telah dibina oleh KeSEMaT.
Sdr. Alfian menjelaskan bahwa pada awal berdirinya, KeSEMaT fokus pada rehabilitasi lahan gundul di pesisir Teluk Awur, Jepara. Setelah berhasil, KeSEMaT mulai melebarkan sayapnya ke luar Jepara hingga ke seluruh Indonesia.
"Pada tahun 2001, para pendiri KeSEMaT merasa prihatin dengan kondisi lahan mangrove di pesisir Jepara yang gundul dan terkena abrasi dari tahun ke tahun," ujar Sdr. Alfian. "Untuk itulah, kegiatan konservasi dan rehabilitasi mangrove diimplementasikan di Teluk Awur, Jepara secara masif sehingga menjadi sebuah kawasan bernama Mangrove Education Center of KeSEMaT atau MECoK Ecopark yang di tahun 2024 berubah menjadi kawasan ekowisata mangrove yang hijau dan lebat yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas pendukungnya, seperti smart garden, museum mangrove, mangrove trail, dan fasilitas lainnya," kisah MENPORSI.
MENPORSI menambahkan bahwa KeSEMaT juga memiliki kegiatan pengembangan masyarakat pesisir sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim dan peningkatan ekonomi biru dan pekerjaan hijau yang berkelanjutan.
KeSEMaT sudah memproduksi berbagai produk olahan mangrove bukan kayu melalui pendirian tiga kelompok warga binaan di Semarang Mangrove Center (SMC), Jawa Tengah (Jateng). Warga binaan tersebut adalah Srikandi Pantura yang memproduksi batik mangrove dengan label Mas Bamat, Bina Citra Karya Wanita yang memproduksi jajanan mangrove seperti stik, kerupuk, tepung, dan peyek mangrove dengan label Mbak Jamat, dan Arjuna Berdikari yang mengolah kopi mangrove berlabel Kopi Mangrove Arjuna.
"Warga binaan yang telah dikembangkan dapat meningkatkan taraf ekonomi mereka, terutama para istri nelayan dan nelayan tambak," ujar Sdri. Afrida. "Hasil penjualan produk olahan mangrove tersebut terbukti dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mendukung pendidikan anak-anak mereka hingga ke jenjang tertinggi," tambahnya.
Bpk. Aris mengatakan bahwa KeSEMaT dan afiliasinya juga berhasil mendirikan industri mangrove dengan penciptaan produk dan jasa mangrove yang inovatif sehingga menciptakan usaha ekonomi biru yang berkelanjutan di wilayah pesisir Indonesia, di antaranya:
1. Pembentukan Industri Mangrove:
- KeSEMaT dan afiliasinya telah menjadi perintis dalam industri mangrove di Indonesia.
2. Platform dan Produk Mangrove:
- Mangrove Tag: Platform untuk penanaman dan pemantauan mangrove.
- Mangrove Unite: Platform untuk donasi mangrove.
- Adopsi Mangrove: Platform untuk adopsi bibit mangrove.
3. Komunitas dan Media Mangrove:
- KeSEMaTUSTIK: Komunitas musik bertema mangrove.
- MANGROVEMAGZ: Paltform majalah mangrove.
- MIL The Series: Webseries bertema mangrove.
- RoveCast: Podcast yang membahas tentang mangrove.
- Mangrover: Brand pakaian bertema mangrove.
- Mat Kesem: Cerita dan dongeng bertema mangrove.
4. Ekowisata Mangrove:
- MECoK Ecopark: Ekowisata mangrove di Jepara.
- SMC Jateng: Ekowisata mangrove di Semarang.
5. Data dan Pemetaan Mangrove:
- Mangrove Data: Platform pusat data mengenai mangrove.
- Mangrove Map: Platform untuk pemetaan mangrove.
6. Produk Lainnya:
- Mas Bamat, Mbak Jamat, dan Kopi Arjuna: Produk-produk olahan makanan dan minuman dari buah mangrove.
Mahasiswa FEB mengucapkan terima kasih atas penjelasan dan informasi yang telah diberikan oleh KeSEMaT yang sangat lengkap untuk menunjang riset mereka mengenai ekonomi biru di kawasan pesisir Indonesia. Tidak lupa, mereka juga memberikan apresiasinya atas kiprah KeSEMaT dalam mengembangkan industri mangrovenya di Indonesia.
Keseluruhan kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar yang ditutup dengan foto bersama. (ADM/ARH/AP).
No comments:
Post a Comment