Ini adalah kunjungan kami yang kedua. Selain untuk melepas lelah sembari berjalan-jalan setelah mendampingi Rekan-rekan mahasiswa UNDIP dalam melakukan penanaman mangrove di area pertambakan Tugurejo Semarang, tujuan kami ke TTG-lagi, adalah untuk bertemu dengan Ibu Diah, seorang Dosen Universitas Tujuh Belas Agustus (UNTAG) Semarang, yang berhasil “menyulap” buah mangrove jenis Bruguiera gymnorrhiza menjadi CAKEROVE nan lezat (lihat foto di atas, Bu Diah dan DK KeSEMaT di depan stand CAKEROVE UNTAG. Inset: CAKEROVE lezat, siap jual).
Setelah berbincang, berdiskusi dan bertukar pikiran dengan kami tentang makanan dan minuman berbahan baku buah mangrove serta mengadakan kunjungan ke Arboretum KeSEMaT di Teluk Awur Jepara, pada saat Mangrove REpLaNT (MR) 2008, kini Bu Dosen telah berhasil membuat makanan dari bahan tepung buah Bruguiera bernama CAKEROVE. CAKEROVE terdiri dari 75 persen tepung Bruguiera dan sisanya adalah tepung terigu. Penambahan tepung terigu ini, dimaksudkan agar CAKEROVE menjadi lebih lezat dan lebih menarik lagi, saat disajikan.
Ke depan, beliau berniat untuk tetap fokus dalam pengembangan CAKEROVE ini, dengan “meramu” berbagai makanan dan minuman berbahan baku buah-buahan mangrove. Tak hanya dari Bruguiera saja, Sonneratia dan Avicennia adalah calon buah mangrove lainnya, yang rencananya akan beliau kembangkan. Tentu saja, tekad beliau dalam mengembangkan penganan dan minuman dari mangrove ini, akan kami dukung sepenuhnya.
Selanjutnya, ternyata CAKEROVE juga banyak diminati oleh masyarakat luas. Menurut informasi dari Bu Diah, setelah CAKEROVE dipasarkan, ternyata banyak pesanan yang datang kepada beliau. Pun, stand beliau di TTG juga sering dikunjungi pengunjung, dari yang hanya bertanya tentang mangrove sampai dengan teknis pengolahan Bruguiera menjadi CAKEROVE. Hal ini membuktikan bahwa penganan mangrove ini disukai, sekaligus menunjukkan bahwa prospek CAKEROVE ke depan, sangatlah cerah. Dengan harga Rp. 2000,- per potong (kurang lebih 25 gram), ke depannya, diharapkan keuntungan yang didapatkan, bisa meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pesisir.
Cara pengolahan CAKEROVE ini juga tidak sulit. Buah Bruguiera, setelah dicuci bersih, lalu direbus kemudian dikupas kulitnya. Buah yang telah dikupas, dipotong kecil-kecil dan ditumbuk hingga menjadi tepung. Tepung inilah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga menjadi CAKEROVE.
Namun demikian, walaupun sudah berhasil disulap menjadi CAKEROVE, ternyata masih ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan penganan ini, terutama masalah bahan baku. Di alam, Bruguiera rata-rata hanya berbuah satu kali dalam setahun. Tentu saja untuk produksi masal, hal ini dirasa sangat “mengganggu.” Solusi yang bisa diusulkan adalah harus dimulainya budidaya Bruguiera dalam skala besar, dengan pola kemitraan antara petani dengan perajin CAKEROVE. Sementara itu, hambatan lainnya seperti hak paten, komposisi nutrisi dan gizi, kiranya hanya menunggu waktu saja untuk lolos uji BP POM.
Semoga saja, dengan kehadiran CAKEROVE ini, mangrove bisa lebih dipandang sebagai ekosistem yang sangat berdaya guna dan tak melulu dikesampingkan, seperti sekarang. Dengan konsep keseimbangan antara sisi ekologi dan ekonomi, kami berharap, ke depan ekosistem mangrove akan semakin dikenal, disayangi dan dicintai lagi oleh kita, umat manusia, yang belum juga sadar akan arti pentingnya ekosistem ini. Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment