Semarang - KeSEMaTBLOG. Pada saat mendampingi masyarakat di Tapak Semarang, dalam rangka mencari solusi terhadap permasalahan pesisirnya, dimana puluhan hektar tambak mereka telah tenggelam oleh air laut dan perkampungannya terancam oleh abrasi, maka kami menemukan satu hal lagi yang sangat memprihatinkan. Ribuan bibit mangrove yang telah ditanam oleh berbagai elemen masyarakat di sana, yang sebenarnya hidup, ternyata terkubur pasir. Lihatlah foto di samping ini. Ini adalah Rhizophora berumur kurang lebih tiga bulan, yang terendam pasir beserta dengan ajir-ajirnya.
Kejadian ini, terjadi di sebuah tempat yang dulunya adalah pulau, namun telah menyusut luasannya, yaitu Pulau Tirang (PT)! PT yang sebenarnya tidak bisa disebut sebagai pulau lagi, melainkan hanyalah berupa “gumuk pasir”saja, letaknya ada di sebelah Pantai Wisata Maron – Semarang. Vegetasi yang ada di PT, hanyalah puluhan pohon Avicennia yang saat ini juga bernasib sama, terus tergerus oleh gelombang dan arus Laut Jawa yang maha dahsyat.
Program-program penanaman mangrove yang terus menerus diadakan di PT, nampaknya tak membuat arus yang diduga terbelokkan akibat keberadaan sebuah pelabuhan, menghantam dengan kekuatan penuh. Akibat kekuatan arus ini pula-lah, maka pasir telah seringkali terangkat ke atas dan menimbun Rhizophora yang baru saja ditanam. Maka, program-program penanaman mangrove yang selalu dilakukan di PT ini, sia-sia sudah.
Kekuatan dan pergerakan arus yang kuat di sepanjang pesisir Desa Tapak, di mana PT terletak, memang sulit diprediksi. Baru saja, penanaman mangrove selesai dilaksanakan, namun setelah seminggu kemudian kami berkunjung ke sana kembali, ratusan bibit mangrove telah terendam pasir, berikut ajir-ajirnya. Melihat fakta ini, maka sebagian warga kami lihat sudah mulai pesimis apabila melakukan penanaman di PT. Maksud hati ingin menghijaukan kembali pulau kecil itu, namun apa daya, pola arus dan kekuatannya yang (memang) sangat sulit diprediksi, membuat mereka harus berpikir seribu kali untuk merekomendasikan penanaman mangrove di sana, kepada pihak ketiga.
Saat ini, apabila ada pihak yang berkeinginan untuk melakukan penanaman mangrove di Desa Tapak, maka warga lebih merekomendasikan ditanam di sekitar pematang tambak dan belakang bangunan pemecah gelombang yang telah ada dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi ekologis tambak dan melindungi pertambakan warga yang masih tersisa. Hal ini, dirasa lebih berguna jika dibandingkan dengan sebuah rekomendasi penanaman mangrove di PT, yang sangat riskan dengan arus yang belum bisa diduga kekuatan dan pola pergerakannya.
Sebuah penelitian yang berfokus pada pengukuran kekuatan arus dan arah pergerakannya, saat ini benar-benar diperlukan di PT. Hal ini, tentu saja diperlukan untuk menyelamatkan PT dari “kepunahannya” di masa mendatang. Jadi, sebelum ada hasil penelitian yang pasti mengenai arus di PT, maka jika Anda ingin melakukan program penanaman mangrove di PT, satu pesan kami, hati-hati! Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment