Jepara – KeSEMaTBLOG. Setelah mempublikasikan artikel mangrove berjudul “Mangrove Pulau Panjang Jepara, Nasibku Kini” di Jaringan KeSEMaTONLINE, beberapa Rekan kami penikmat Jaringan KeSEMaTONLINE, banyak bertanya seputar kondisi terakhir mangrove, di pulau tersebut kepada kami. Pertanyaan yang diajukan antara lain adalah spesies yang ada di sana, strategi pengelolaannya, tingkat kerusakannya, dan lain-lain. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini kami tampilkan reportase kondisi terakhir ekosistem mangrove di Pulau Panjang Jepara (8 November 2010), yang ditulis oleh Sdr. Oky Yuripa Pradana (Presiden), yang beberapa saat lalu telah melakukan survei untuk implementasi program penanaman mangrove KeSEMaT, di sana. Selamat membaca.
Lihatlah empat buah foto di atas ini. Ini adalah kondisi terakhir, mangrove di Pulau Panjang Jepara. Sangat menyedihkan! Beberapa pohon mangrove telah mati dan “menghitam” di pinggir laut! Daratannya-pun juga telah terkikis begitu hebatnya, hingga “maju” ke tengah laut! Memang, makin lama, daratan di Pulau Panjang, semakin kritis kondisinya, seiring dengan gempuran ombak yang terus menerus menyapunya. Padahal, pulau yang mungkin diberi nama demikian, karena pulaunya yang berbentuk panjang (?) ini, memiliki jenis mangrove yang indah, seperti Sonneratia caseolaris, Avicennia marina, Pemphis acidula, Terminalia catapa, Thespesia populnea dan jenis mangrove merambat, yaitu Ipomoea pes-caprae.
Saat ini, keberadaan mangrove di pulai ini, benar-benar terancam. Hipotesa kami, selain dugaan morfologi dan topografi Pulau Panjang sendiri yang memang kurang mendukung, juga disebabkan adanya penebangan mangrove dan pencurian sedimen (pasir) yang sedikit banyak telah berakibat pada pemasukan sedimen yang minimal, sehingga menyebabkan pertumbuhan mangrove tidak begitu optimal. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menahan laju abrasi yang ada, terutama di bagian sisi selatan sampai ke barat pulau, yang sebenarnya indah, ini. Pembangunan pemecah gelombang-pun juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara, untuk menyelamatkan daratan yang masih tersisa.
Selanjutnya, akibat dari penurunan kualitas lingkungan pesisir di Pulau Panjang ini, maka wisatawan asing yang sudah semenjak lama sering datang ke pulau ini, menurut penduduk setempat kini mulai berkurang jumlahnya. Hal ini tak lain dan tak bukan karena daya dukung lingkungan wisatanya yang tak lagi mendukung. Seperti yang telah kami informasikan di atas, bahwa penebangan mangrove, pencurian pasir, pencurian karang, dan tumpukan sampah, ditambah lagi dengan ketidakpedulian sebagian warganya akan kondisi pesisirnya, adalah beberapa penyebab kondisi mangrove di Pulai Panjang menjadi sangat menyedihkan.
Namun demikian, kabar baiknya adalah, sudah mulai ada upaya penanaman dan pemeliharaan mangrove yang telah dilakukan oleh berbagai instansi terkait, salah satunya adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jepara, untuk menangani permasalahan ini. Walaupun memang belum berjalan optimal, namun demikian, usaha penanaman berbagai spesies mangrove seperti Rhizophora, Bruguiera, Avicennia dan Ketapang, adalah salah satu usaha untuk memperbaiki kondisi pesisir Pulau Panjang yang didominasi oleh pecahan karang mati dan pasir. Semoga saja, dengan usaha penanaman dan pemeliharaan dari berbagai pihak, ke depan kondisi ekosistem mangrove di Pulau Panjang, bisa seger dipulihkan. Amin. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment