Riau – KeSEMaTBLOG. Pada tanggal 23 Juni – 26 Juli 2013, KeSEMaT melakukan ekspedisi mangrove di kawasan Indonesia bagian barat, antara lain di Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jambi, Sumatera Selatan dan Kepulauan Riau. Ekspedisi ini diinisiasi oleh lembaga pemetaan nasional, yang biasa kita sebut BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang sudah berubah nama menjadi BIG (Badan Informasi Geospasial) semenjak tahun 2011.
KeSEMaT kali ini diwakili oleh Sdr. Farhan Pramudito (IKAMaT), Sdr. Niharul Annas (IKAMaT) dan Sdr. Rohmat Kuslarsono (IKAMaT). Ekspedisi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekosistem hutan mangrove di wilayah Sumatera, guna melengkapi data dalam pembuatan Peta Mangrove Indonesia keluaran tahun 2013 oleh BIG.
Teknis kerja tim, digunakan dalam Ekspedisi Mangrove Sumatera (EMS) kali ini. Tim 1 dikoordinatori oleh Sdr. Niharul Annas dengan area ekspedisi di tiga provinsi yang meliputi Sumbar, Bengkulu, dan Lampung. Tim 2 dikoordinatori oleh Sdr. Farhan Pramudito dengan area ekspedisi di dua provinsi yang meliputi Jambi dan Sumsel. Dan, selanjutnya tim 3 dikoordinatori oleh Sdr. Rohmat Kuslarsono dengan area ekspedisi di satu provinsi, yaitu Kepulauan Riau kecuali Anambas dan Natuna.
Tim 1 dan tim 2 berangkat pada tanggal yang sama, yaitu 23 Juni 2013, sedangkan tim 3 berangkat pada tanggal 2 Juli 2013. Setiap tim yang diberangkatkan terdiri dari 2 surveyor dan 1 pendamping dari BIG. Pendamping yang ikut serta dalam Ekspedisi kali ini adalah Bpk. Dedi Mukhtar (tim 2), Bpk. Masduki (tim 1) dan Bpk. Jumnan Kuswanda (tim 3). Bapak Suseno Wangsit, MM (BIG) ditunjuk sebagai ketua EMS.
Data – data yang diambil dalam Ekspedisi Mangrove Sumatera adalah jumlah pohon, diameter batang, tinggi pohon, tinggi bebas cabang, spesies dominan, kerapatan tajuk mangrove dan sampel sedimen atau substrat.
Sampel sedimen selanjutnya akan dianalisa di laboratorium untuk mendapatkan hasil kandungan bahan organiknya. Tinggi pohon dan diameter batang digunakan sebagai data penghitungan karbon, yang selanjutnya dianalisa dengan rumus alometrik, sehingga tidak perlu melakukan deforestasi atau penebangan satu pohon mangrove untuk mendapatkan cadangan karbonnya.
Pengambilan data dilakukan dengan menggelar transek, dengan ukuran 10 x 10 m (pohon), 5 x 5 m (tancang) dan 1 x 1 m (semai). Pengambilan sampel sedimen menggunakan alat yang dinamakan sedimen corer dengan panjang 2 m, diameter lubang 5cm.
Sebelum melakukan ekspedisi pada tanggal 23 Juni hingga 26 Juli, ketiga tim bersama – sama melakukan kegiatan pra survey terlebih dahulu. Pra survey dilakukan genap enam hari, dimulai tanggal 10 Juni – 15 Juni 2013.
Kegiatan pra survey ini bertujuan untuk mengetahui medan yang akan ditempuh pada saat ekspedisi. Kunjungan ke dinas – dinas pun dilakukan sehingga keterbukaan atas kegiatan Ekspedisi Mangrove Sumatera diketahui oleh kalangan pemerintah daerah setempat.
Dinas Kelautan Perikanan (DKP), Dinas Kehutanan (DINHUT) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) merupakan instansi-instansi yang dikunjungi saat melakukan pra survey.
Berbagai informasi didapatkan melalui kunjungan ke tiap instansi ini, mulai dari akses jalan, rute survey, biaya transportasi, keberadaan ekosistem mangrove, perizinan masuk ke kawasan konservasi dan sebagainya. Bahkan kami mendapatkan data sekunder dan beberapa kabar mengenai kerusakan hutan mangrove yang ada di Sumatera ini.
Kurang lebih 25 jenis mangrove ditemukan di Sumatera, dengan kerapatan cukup baik, berkisar antara 50% - 80%. Hal ini dikarenakan di beberapa titik kawasan mangrove, merupakan area konservasi Taman Nasional Sembilang.
Semoga saja, hasil dari EMS ini akan bermanfaat, dalam mendukung program BIG menyusun Peta Mangrove Indonesia 2013, yang tentunya akan dapat dijadikan pedoman bagi pengelolaan mangrove tak hanya di Indonesia saja, tapi juga di dunia. Amin. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment