8.4.20

Presiden KeSEMaT: Mangrove Semarang Butuh Komitmen-Lebih dari Pemilik Lahan

Semarang - KeSEMaTBLOG. KeSEMaT menghadiri undangan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Semarang, terkait Diskusi Kelompok Terarah untuk Rencana Aksi Konservasi Program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) di Semarang (5/3/20). Dalam kesempatan ini, KeSEMaT diundang dengan kapasitas sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Kelompok Masyarakat, yang merupakan satuan Anggota dari Kelompok Kerja Mangrove Kota Semarang (KKMKS).

Sebagai informasi, MERA merupakan program adaptasi berbasis ekosistem yang diinisiasi oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan PT Djarum. Selain KeSEMaT, peserta diskusi berasal dari SKPD provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang, akademisi dari Universitas Diponegoro dan LSM, serta berbagai BUMN dan BUMS, seperti PT IPU, PT Angkasa Pura, PT Nasima dan PT Bumi Raya Perkasa Nusatara.

Kegiatan diselenggarakan di Hotel Aston Inn, Semarang. Acara dimulai pada pukul 09.00 hingga 16.30 WIB. Materi pertama disampaikan oleh Bpk. Yusuf Fajariyanto yang merupakan Spatial Planning Manager YKAN. Dia menjelaskan mengenai kondisi mangrove yang terdapat di Kota Semarang bagian utara.

“Desa Mangunharjo, di Kecamatan Tugu, memiliki tutupan mangrove tertinggi di Kota Semarang. Namun demikian, dengan tutupan tertinggi ini, belum tentu kondisi mangrovenya dalam keadaan yang baik,” jelas Bpk. Yusuf.

Materi kedua disampaikan oleh Dr. Arisetiarso Seoemodinoto dari The Nature Conservancy, mengenai diagram yang berisi masalah dan strategi yang dapat dilakukan, untuk menangani permasalahan yang terdapat di pesisir Kota Semarang.

“Saya harap, Bapak dan Ibu sekalian, dapat menambahkan apa yang sekiranya kurang dari diagram yang sudah dibuat. Harapannya, setelah kita tahu masalahnya, maka kita juga akan punya strategi, dan bisa menunjuk penanggung-jawabnya, untuk melaksanakan strategi tersebut,” kata Dr. Arisetiarso.

Selanjutnya, selepas makan siang, para tamu dibagi menjadi tiga kelompok yang mewakili kelompok Masyarakat, Stake Holder dan Pemerintah, kemudian setiap kelompok dimoderatori untuk menambahkan masalah yang sekiranya belum dimasukkan ke dalam diagram yang sudah disampaikan sebelumnya.

“Limbah cair di dekat tambak di Mangunharjo itu, memprihatinkan kondisinya. Ada mahasiswa dari UGM dan dari UB sudah konfirmasi ke saya, sampelnya juga sudah dibawa ke laboratorium, dan itu merupakan merkuri pekat. Terakhir, kalau tidak salah, ada dari mahasiswa Jepang, University of Kyoto, juga bilang seperti itu,” tutur Bpk. Ali Imron, selaku tokoh penggiat mangrove di Mangunharjo.

Sdr. Paspha Ghaishidra Muhammad Putra (Presiden), selaku perwakilan dari KeSEMaT menambahkan mengenai pentingnya pendekatan kepada pemilik lahan.

"Selain memikirkan strategi untuk menangani permasalahan-permasalahan di pesisir Semarang ini, kita juga harus memiliki akses-lebih, dalam melakukan pendekatan kepada para pemegang otoritas pemilik lahan di Semarang bagian utara, untuk ikut berkomitmen-lebih, dalam usaha rehabilitasi mangrove di daerah-daerah tersebut," kata Sdr. Paspha. "Mau tidak mau, mereka-lah yang punya kendali, atas lahan yang mereka miliki tersebut," pungkasnya. (ADM/PGMP/AP).

No comments:

Post a Comment