Acara ini mengundang 90 lembaga, baik dari dalam maupun luar Kota Semarang.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi isu-isu lingkungan yang ada di Kota Semarang dan merumuskan inovasi untuk mengatasinya, yang nantinya dapat menjadi acuan dalam penyusunan DIKPLHD.
Dalam kesempatan ini, KeSEMaT diwakili oleh Sdri. Fitriya Ayu Setyani (MENKEU), yang hadir sebagai perwakilan pemerhati lingkungan dengan fokus pada pengelolaan ekosistem mangrove.
Sdri. Fitriya menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat, terutama dengan adanya penjaringan isu lingkungan hidup dan langkah inovasi untuk tahun 2024, yang dapat menjadi panduan dalam pelaksanaan kegiatan ke depan.
“Kegiatan ini banyak membahas permasalahan sampah, khususnya sampah plastik yang sulit terurai. Berbagai inovasi telah dilakukan, seperti mengganti penggunaan plastik, membuat ecobrick dari plastik, memproduksi paving block dari sampah plastik, dan berbagai inovasi lainnya. Permasalahan sampah memang tidak ada habisnya, setidaknya kita perlu meningkatkan kesadaran untuk mengurangi penggunaan plastik,” kata Sdri. Fitriya.
“Pengendalian sampah memang menjadi pekerjaan rumah besar yang harus kita hadapi bersama,” tambahnya.
Sebagai informasi, sampah plastik merupakan ancaman serius bagi ekosistem mangrove. Plastik yang terdampar di hutan mangrove seringkali menyangkut di akar-akar udara atau pneumatofor, sehingga menghalangi pertukaran gas yang penting bagi tanaman mangrove. Selain itu, plastik yang terurai menjadi mikroplastik dapat merusak struktur tanah di sekitar akar, mengurangi kemampuan mangrove untuk menyerap nutrisi dan karbon dari lingkungan.
Akumulasi plastik juga dapat menghambat pertumbuhan bibit mangrove dan memperlambat proses regenerasi alami hutan ini. Hal ini tentu mengancam keberlanjutan fungsi mangrove sebagai penyerap karbon, penahan erosi, dan habitat bagi berbagai biota laut.
Dampak sampah plastik juga dirasakan oleh fauna yang hidup di ekosistem mangrove. Hewan-hewan, seperti kepiting, ikan, dan burung, seringkali tanpa sengaja memakan plastik atau terjebak di dalamnya, yang dapat mengakibatkan cedera bahkan kematian.
Selain itu, mikroplastik yang masuk ke dalam rantai makanan bisa berdampak pada kesehatan organisme dan secara tidak langsung juga manusia yang mengonsumsi ikan atau hasil laut dari wilayah tersebut. Kehadiran plastik dalam ekosistem ini tidak hanya merusak habitat, tetapi juga mengancam keanekaragaman hayati dan stabilitas ekosistem mangrove secara keseluruhan.
Keseluruhan kegiatan berlangsung dengan baik dan lancar yang ditutup dengan beberapa kesimpulan dan foto bersama. (ADM/FAS).
No comments:
Post a Comment