Survei ini melibatkan enam orang KeSEMaTER, yaitu Sdr. Agape Lista Anthoni (Presiden), Sdri. Afrida Dwiyanti (MENDIKTAN), Sdr. Alfian Rizqi Hidayat (MENPORSI), Sdri. Fitriya Ayu Setyani (MENKEU), Sdri. Khonsa Haura Ismail (MENSEK), dan Sdr. Muhammad Al Faza (MENKOMSI). Mereka diberi tugas untuk menyurvei 11 kabupaten/kota di pesisir pantai utara Jawa Tengah, yaitu Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Pati, dan Rembang.
"Selama kurang lebih sebulan, kami mempelajari ekosistem mangrove sekaligus berinteraksi dengan masyarakat pesisir yang bergantung pada mangrove," kata Presiden. "Setiap lokasi memberikan pengalaman baru, baik dalam hal pengetahuan maupun hubungan sosial. Saya senang bisa berinteraksi dengan masyarakat lokal yang memiliki komitmen dalam menjaga dan melestarikan mangrove, serta merasa beruntung dapat belajar langsung dari mereka," lanjutnya.
Sdri. Khonsa menambahkan bahwa masyarakat di desa-desa pesisir sangat antusias dan peduli terhadap ekosistem mangrove. Mereka berupaya sekuat tenaga dalam melawan abrasi dan mengelola mangrovenya.
"Saya juga terkesan dengan semangat mereka. Di Brebes, misalnya, masyarakat Desa Bangsri sangat bersemangat dalam menanam mangrove untuk mengatasi abrasi," ungkap Sdri. Khonsa.
Tidak hanya bertemu masyarakat, para KeSEMaTER juga dapat lebih memahami ekosistem mangrove secara lebih mendalam.
"Survei ini memberikan saya kesempatan yang sangat berharga untuk memperdalam pengetahuan tentang mangrove, baik dari sisi biofisik, sosial, maupun ekonomi. Setiap daerah yang kami kunjungi memiliki tantangan dan solusi yang berbeda dalam menjaga mangrove," kisah Sdri. Afrida
Selama survei, KeSEMaTER juga belajar banyak tentang bagaimana komunitas lokal mengadaptasi strategi mereka dalam mengelola mangrove, misalnya dengan metode-metode unik yang digunakan di daerah tertentu, seperti di Desa Mojo, Pemalang, yang membuka sodetan untuk mengalirkan sedimen lumpur guna memperkaya tanah dan mendukung pertumbuhan mangrove.
"Kami sangat terkesan dengan kreativitas mereka dalam menangani tantangan di ekosistem ini," ujar Sdr. Muhammad. "Di beberapa daerah, meskipun kondisi mangrove terancam oleh abrasi atau rob, semangat masyarakat pesisir untuk melakukan rehabilitasi mangrove tetap tinggi," lanjutnya.
Saat melihat keteguhan hati masyarakat di Batang dan Kendal dalam melindungi mangrove, Sdr. Alfian merasa terinspirasi untuk terus berkontribusi dalam upaya konservasi mangrove.
"Ini bukan hanya soal melestarikan mangrove, tetapi juga menjaga mata pencaharian mereka," ujar Sdr. Alfian.
Di Jepara dan Pati, keanekaragaman flora dan fauna mangrove yang ditemukan beraneka ragam. Begitu banyak spesies yang bergantung pada mangrove sebagai rumah mereka, mulai dari burung hingga ikan kecil.
"Menyadari pentingnya mangrove bagi kehidupan berbagai spesies, membuat saya semakin yakin bahwa upaya konservasi mangrove sangatlah penting," kata Sdri. Fitriya.
Presiden menyampaikan terima kasih kepada IKAMaT yang sudah mempercayakan kepada KeSEMaT sebagai tim surveyor.
"Kami banyak belajar di proyek MCRP ini, sembari mempelajari ekosistem mangrove dan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta," kata Presiden. "Mengingat fungsi mangrove yang sangat penting, terutama dalam menghapus jejak emisi karbon di bumi, maka saya yakin bahwa program rehabilitasi mangrove memerlukan upaya bersama dan berharap agar inisiatif baik ini dapat terus dilanjutkan oleh IKAMaT dan PT Djarum untuk mendukung konservasi mangrove di Indonesia," pungkasnya. (ADM).
No comments:
Post a Comment