Semarang - KeSEMaTBOG. Menilik judul di atas, pasti Anda bertanya-tanya tentang apa hubungan mangrove dengan demam berdarah dan malaria. Apa benar, dengan menanam mangrove, kita akan terbebas dari malaria? Kasus kejadian demam berdarah dan malaria, umumnya jarang terjadi pada daerah yang hutan mangrovenya masih bagus kondisinya. Sebaliknya, pada daaerah yang hutan mangrovenya sudah rusak atau bahkan telah dikonversi jadi lahan lain, kasus kejadian demam berdarah dan malaria ini cenderung sering terjadi. Apa pasal? Hal ini dikarenakan, pada daaerah yang hutan mangrovenya masih bagus, populasi nyamuk vektor demam berdarah dan malaria ini dapat dikontrol oleh pemangsa alaminya sehingga tidak sampai booming. (LPP Mangrove, 2006).
Ini mungkin kabar menggembirakan bagi kita, bahwa ternyata yang menjadi salah satu penyebab booming-nya Aides aigepti dan Anopheles adalah rusaknya ekosistem mangrove. Dengan demikian, untuk mencegah dan mengatasi merebaknya demam berdarah dan malaria, kita harus berupaya sekuat tenaga untuk merehabilitasi hutan mangrove yang rusak dan mengembalikannya ke bentuknya semula yang stabil dan seimbang. Bagaimana untuk mulai mewujudkan hutan mangrove yang stabil dan seimbang tersebut? Anda tahu jawabannya. Ya benar. Tanamlah mangrove, sekarang!
articel yang menarik, saya kebetulan seorang alumni dari FPIK Undip yang tinggal di Bangka Belitung... daerah timah, daerah dengan mangrove yang luar biasa rapat dan kecenderungannya menyeramkan, karena terlalu rapat, penuh buaya, dan besar-besar...
ReplyDeletefenomena malaria sangat sering didengungkan diBangka Belitung yang memiliki kerapatan mangrove yang sangat rapat (kata orang kehutanan daerah mangrove Bangka Belitung no 3 didunia, bener g sih???)... banyak orang mati dan sengsara di Bangka Belitung karena Malaria....
ada tanggapan tentang hal ini ....
kalau ada mohon dapat di reply ke wahyuadi@ubb.ac.id
thx before