Lihatlah, pasir putih yang di 2006 masih bisa dilewati oleh para peserta MR 2006 karena masih lebar, kini di tahun 2008 tak lagi bisa dilewati karena telah hilang sekian meter, ditelan ganasnya gelombang. Di 2008, garis pantai terlihat semakin mendekati perakaran mangrove. Abrasi kurang lebih satu meter, telah menimpa pesisir pantai di Utara Jawa, ini.
Untunglah, perakaran Rhizophora yang kuat, masih bisa menghalangi gelombang sehingga laju abrasi bisa ditekan. Tertekannya laju abrasi oleh mangrove ini, menyebabkan kita masih bisa melihat keindahan garis pantai di Teluk Awur. Andai saja, dulunya KeSEMaT tidak pernah melakukan upaya rehabilitasi mangrove di kawasan ini, tak tahu lagi, sampai berapa jauh lagi, abrasi akan menggerus daratan. Sangat mungkin, abrasi akan menjangkau pemukiman padat penduduk di sekitar desa, itu.
Untuk itulah, KeSEMaT dari tahun 2001 sampai dengan sekarang ini, tak henti-hentinya melakukan upaya penanaman-kembali-mangrove untuk mengembalikan dan memulihkan kondisi ekosistem mangrove di Teluk Awur. Dan, Alhamdulillah, tanaman pesisir sebagai benteng pertama terhadap gelombang dahsyat ini, telah berhasil ditumbuhkan kembali oleh KeSEMaT, dan telah mampu pula menunjukkan fungsinya sebagai penahan laju abrasi yang sangat tinggi.
Dari fakta ini, satu pelajaran penting yang bisa diambil adalah, ada mangrove saja, abrasi masih menggila seperti ini. Bagaimana jadinya kalau KeSEMaT tidak pernah melakukan usaha penanaman mangrove di pesisir pantai yang (sebenarnya) indah, ini? Kami pikir, Anda sendiri sudah bisa menjawabnya. Ayo, terus jaga dan lestarikan mangrove, kita. Salam MANGROVER!
waks...!!
ReplyDeletekok skg ngeri gtw yak abrasi-nyah...? btw, acara nanem mangrovenyah msh jalan dunks..?