Semarang - KeSEMaTBLOG. Pada tanggal 6 Juni 2010 mulai pukul 08.00 WIB – 15.00 WIB, KeSEMaT telah melakukan monitoring kelulushidupan bibit mangrove hasil proyek penanaman mangrove untuk mengadaptasi dampak dari pemanasan global, kerjasama KeSEMaT, BINTARI dan FoE Jepang, dengan mendapatkan hasil yang optimal. Persentase kelulushidupan bibit mangrove yang ditanam di Pulau Tirang dan di depan dan belakang Alat Pemecah Gelombang (APO) mencapai lebih dari 80% (lihat foto di samping).
Tentu saja hasil ini sangat menggembirakan, mengingat kondisi proyek yang memiliki kondisi alam kurang mendukung seperti kandungan bahan pencemar, arus yang tinggi, dan lain-lain. Monitoring ini, sekaligus adalah survei lanjutan untuk proyek penanggulangan abrasi di Tapak Semarang, hasil kerjasama KeSEMaT, BINTARI dan MERCYCORPS.
Monitoring dimulai dengan melakukan diskusi dan persiapan di rumah Bapak Saur, salah seorang nelayan dan penggiat kelompok pemuda di Tapak, yang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke tambatan perahu, yang merupakan satu-satunya alat transportasi menuju ke lokasi proyek.
Selanjutnya, setelah sampai di lokasi, KeSEMaT yang diwakili oleh Bapak Aris Priyono (Programme Officer), Bapak Arief Marsudi Harjo (Director Executive), Bapak Sapto Pamungkas (Programme Campaigner), Sdr. Cahyadi Adhe K. (Anggota) dan Sdr. Fera Idawati S. (Anggota) mengadakan analisa dan evaluasi terhadap kelulushidupan bibit mangrove jenis Rhizophora dan Avicennia di ketiga lokasi penanaman. Monitoring diakhiri dengan sebuah rekomendasi dari KeSEMaT kepada para nelayan setempat untuk meneruskan program penanaman mangrove di ketiga lokasi tersebut, mengingat kelulushidupannya terbukti sangatlah tinggi.
No comments:
Post a Comment